Kenangan Tanah Abang

Jadi ingat percakapan tadi sore dengan Ery Bunyamin Gufron (harus ditulis lengkap soalnya di 43 IPB ada dua Eri). Kira-kira begini....

Saya : Lagi dimana Er?

Ery : Di kantor dong heuheu...

Saya : Sama Septin ga?

Ery : Kagak, lagi sendiri aja... sendiri menyepi.. tenggelam dalam lamunan...

Saya : Mulai deh kayak India, apa-apa dinyanyiin.. (ngeluarin emoticon melet)

Ery : Daripada situ, apa-apa ditulis di blog..

Hmmm.... iya, sepertinya selain cerita yang "unpublish" hampir semua kehidupan saya ceritakan disini. Dari soal politik sampai soal kentut ada disini. Kenapa saya menulis? Emm... mungkin karena saya pelupa, agak sulit mengingat tanpa menulisnya. Dan lebih mudah jika menulisnya sambil mendengarkan musik.

Maka musik yang mengalun di kamar saya saat jam menunjukkan pukul 03.59 WIB ini adalah lagunya Iwan Fals, izinkan aku menyayangimu...

Sayangku... dengarkanlah isi hatiku...
Cintaku... dengarkanlah isi hatiku...


Lho jadi panjang, padahal saya mau bercerita tentang beberapa cuplikan kisah yang saya ingin kenang dalam perjalanan Dramaga - Tanah Abang -Dramaga


Fragmen 1
Saya ke Tanah Abang bertiga, bersama Hasan dan Ahmad Dj, dalam rangka berburu kain untuk konveksi. Iya, bisnis bersama teman-teman dalam rangka mencari ridhoNya dalam sunah rasulNya, berwirausaha.


Tentu saja selama perjalanan dengan bergonta-ganti kereta commuter line itu banyak percakapan yang terekam. Seperti ini

Saya : San, saya mau deh kursus jahit..

Ahmad : Deuh mba, ke kostan kita aja, gratis 24 jam...

Saya : huuu... siapa yang mau ngajarin..

Ahmad : (nyengir)

Hasan : Yang penting itu bisa bikin pola dan desain des, trus sama jahit celana suami yang robek nanti..

Saya : jahit celana sobek mah saya udah pengalaman kali saaaan...

Iya saya adalah sejenis wanita primata pemanjat, jadi banyak sekali celana, baju atau rok yang sobek hehehe.... ~^c^~

Fragmen 2
Pulang dari Tanah Abang, kami naik kereta, desak-desakan. Saya memilih memasuki gerbong wanita. Sungguh rasanya tidak aman dan tidak nyaman jika mesti berdesak-desakan dengan kaum berjakun.

Di gerbong wanita saya mungkin wanita tanpa high heels yang paling tinggi. Akhirnya saya mengerti, ternyata bertubuh tinggi selain bisa jadi pemain basket dan model, saya juga punya keuntungan yaitu mendapat akses udara segar lebih banyak di kereta. Karena saya ga diketekin. Ahahahaha..... Alhamdulillah...

Fragmen 3
 Saya akhirnya kebagian tempat duduk. Benar kata Fazlur dalam status facebooknya dulu, katanya (kira-kira begini)

"saya ga akan nyaman duduk di kereta jika masih ada penumpang yang berdiri.."

Bener tuh.. Walau yang berdiri sama usianya, tapi saya kadang merasa cukup kuat untuk berdiri dan membiarkan dia duduk lebih dulu. 

Saat duduk, saya memperhatikan wanita-wanita cantik yang duduk di hadapan saya.

Mereka rapih, ada yang make-upnya masih utuh seperti orang yang baru mandi. Ada juga yang rambutnya tergerai rapi seperti habis di-creambath (saya lupa nanyain dia pake rejoice atau engga :p). Ada yang pake high heels padahal di kereta punya peluang besar untuk berdiri, hebat.. Ada yang kemejanya masih rapi seperti baru disetrika. Dan ditangan mereka ada tas-tas bermerk dan handphone keluaran terbaru, pokoknya kalo ada cowok yang kesasar ke gerbong yang saya naiki ini pasti yang awalnya butek jadi seger lagi deeeeh....

Saya lalu melirik diri saya, saya memakai baju kaos, rok jeans, kerudung yang telah tidak jelas bentuknya, keringat bercucuran dari dahi, memakai tas ransel, dan memegang kresek berisi kain-kain hasil belanja. Haduuuh kontras sekali... :(

Jadi melow lalu menjelma menjadi lebay dan alay untuk sekedar berpikir...

Ya Allah... Laki-laki macam apa yang akan Engkau kirimkan padaku untuk aku temani hidupnya nanti?

Ya Tuhanku... Laki-laki itu akankah membanding-bandingkan ku dengan wanita-wanita ini yang saat mereka sibuk pamer foto makan-makan di restoran dalam akun facebooknya, saya malah bergulat bersama Hasan dan Ahmad untuk makan di warteg (walau akhirnya ke KFC). 

Ya Tuhanku.. Akankah ada laki-laki yang menerimaku dan tak pernah malu mengetahui fakta bahwa betapa aku terbiasa ke pasar tradisional tidak seperti wanita-wanita cantik yang mungkin berkaroke ria di mall-mall...

Tuh kan mikirnya kejauhan... :p


You Might Also Like

1 comments

Terima kasih sudah membaca, silakan tinggalkan komentar di tulisan ini