NHW#1: Menemukan Jurusan Ilmu Kehidupan di Akhir Usia 20an
- January 31, 2019
- By desni utami
- 4 Comments
Kira-kira setahun yang lalu, seorang kakak kelas saya di kampus dulu berbagi info penting di instagram storynya. Ia membagikan info tentang ikigai. Ikigai ini istilah yang digunakan orang Jepang untuk menyebut sesuatu yang lebih tinggi dari pada passion. Jika passion adalah gabungan antara “what you love” dan “what you good at”, maka ikigai lebih tinggi lagi. Ikigai adalah passion yang dibayar dan bermanfaat untuk orang lain.
Ikigai sering diasosiasikan dengan diagram Venn dengan empat kualitas yang saling tumpang tindih: apa yang anda sukai, apa yang anda kuasai, apa yang dibutuhkan dunia, dan apa yang dibayar dari anda. Dalam sebuah penelitian pada 2001 mengenai ikigai, penulis Akihiro Hasegawa, seorang psikolog klinis dan profesor di Toyo Eiwa University, menempatkan kata ikigai sebagai bagian dari bahasa sehari-hari Jepang. Itu terdiri dari dua kata: iki, yang berarti kehidupan dan gai, yang berarti nilai. (sumber : bbc.com)
Saya tidak terlalu pusing memaknai ikigai. Karena kebetulan kakak kelas saya ini memberikan contoh konkret. Kakak kelas yang merupakan sarjana komunikasi ini menjadikan kata ikigai sebagai nama untuk series koleksi pakaian koko rancangannya yang sukses di pasaran. Betul sekali, walaupun berkuliah di jurusan komunikasi dan sempat bekerja di bank, namun ikigai kakak kelas saya adalah fashion designer. Ternyata ia menyukai fashion muslim, karyanya bagus dan diminati, dan ia pun mendapatkan penghasilan dari sana.
IKIGAI di IFW 2018 (sumber gambar : majalah kartini) |
Maka saat info NHW #1 yang menanyakan jurusan ilmu kehidupan apa yang akan saya pilih ini keluar, saya tiba-tiba teringat kakak kelas ini. Lalu flashback ke diri saya sendiri setelah membaca tentang ikigai ini. Saat itu saya jadi sering merenung memikirkan diri saya sendiri. Setelah Allah karuniai tiga orang anak, saya rasanya sudah lama tidak memikirkan diri saya sendiri. Saya memikirkan apa tujuan hidup saya. Apa yang akan saya lakukan setelah ini. Apakah saya bisa berkontribusi untuk orang banyak selain keluarga. Apa passion saya. Bisakah saya lebih produktif dari sekarang. Dan banyak pertanyaan lainnya.
Butuh waktu lama menjawabnya. Hingga akhirnya di usia saya ke 29 tahun, setelah diskusi panjang dengan suami, saya menemukan ikigai saya. Saya menemukan pilihan jurusan ilmu kehidupan yang akan dan ingin saya jalani. Apa itu?
Saya ingin sekali berbagi cerita tentang kehidupan menjadi ibu melalui video (vlog), melalui dunia maya. Saya ingin membantu dan menemani ibu-ibu di luar sana menjalani kehidupannya sebagai istri dan ibu lewat video-video saya. Maka jurusan ilmu kehidupan yang saya pilih adalah jurusan videografi-inspirasi. Terdengar receh, ngarang dan kurang filosofis ya?
Ikigai-ku yang sedang bertumbuh |
Saya punya alasan kuat memilih jurusan videografi inspirasi ini. Pertama dan utama karena sebagai muslim saya ingin menjadi manusia yang bermanfaat. Karena Rasulullah SAW bersabda
“sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia”
Kedua, saya menguasai basic video editing dan hal-hal digital lainnya. Sayang sekali jika ilmu ini tidak bermanfaat saat saya menjadi ibu rumah tangga. Padahal dulu ilmu ini selalu saya pakai dan menjadi kekuatan saya saat masih aktif di kampus.
Ketiga, karena hal yang saya bagikan bukanlah hal yang menyulitkan kehidupan saya sehari-hari. Hal yang saya bagikan dalam video adalah murni bagian dari aktivitas keluarga kami sehari-hari. Saya hanya membuat video memasak makanan yang dikonsumsi keluarga kami, saya membuat prakarya dengan anak-anak karena kami menjalankan home education, dan saya menjahit kebutuhan pakaian keluarga kami. Sehingga tidak mengganggu kewajiban saya sebagai ibu dan istri.
Keempat, karena saya benar-benar menyukai aktivitas saya sebagai ibu rumah tangga ini dan saya juga benar-benar suka berbagi. Sejak dulu saya memimpikan diri saya menjadi seorang ibu. Memanggang kue bersama anak sambil menunggu suami pulang kerja. Mengajari anak-anak di rumah. Semua hal ini saya impikan sejak dulu. Berkat dukungan suami juga, saya jarang stress karena pekerjaan rumah tangga. Itulah sebabnya saya sangat menyukai profesi saya sebagai ibu rumah tangga dan saya ingin membagikan semangat positif ini kepada wanita lainnya di luar sana.
Kelima, banyak ibu-ibu yang sudah mengambil peran menginspirasi di luar sana dengan menjadi pejabat publik, tokoh masyarakat, mengisi seminar dll. Saya ingin mengambil peran berbagi ilmu dari rumah, berbagi cerita dari dalam rumah, berbagi semangat menjalani hari-hari sebagai ibu dan saya berharap semoga dapat menginspirasi walau saya berada di rumah sebagai seorang ibu rumah tangga biasa.
Lalu bagaimana caranya seorang ibu rumah tangga dengan segala kesibukannya menuntut ilmu pada bidang videografi inspirasi. Karena sekarang sudah jaman yang modern, menuntut ilmu bisa dimana saja. Untuk saya sendiri, saya bisa mnegikuti kajian-kajian agama agar saya paham tentang hakikat kebermanfaatan yang ingin saya cari. Di kajian keislaman ini juga saya belajar batasan apa yang bisa saya bagikan. Bolehkan saya membuat video bertema a, tema b, tema c dll. Saya menjadikan agama sebagai batasannya. Agar Allah SWT ridho pada ilmu yang saya cari dan terapkan.
Selain kajian keislaman, saya juga bisa mengikuti workshop videografi secara online maupun offline. Saya juga bisa mencari inspirasi dari mengamati video-video lain atau mengamati fenomena di sekitar saya. Bergabung dengan Institut Ibu Profesional ini membuat saya belajar banyak hal. Komunitas ini membantu saja mengasah kemampuan menulis, membantu mengenali potensi diri, memberikan teman baru yang menjaga semangat saya dalam menuntut ilmu.
Kunci keberhasilan seorang pembelajar adalah komitmen dan konsisten. Namun keberkahan ilmu yang didapat oleh seorang pembelajar bukan hanya dari komitmen dan konsisten. Dari materi di kelas matrikulasi awal minggu ini, saya belajar tentang adab menuntut ilmu. Bahwa pembelajar seperti saya harus selalu menjaga kelurusan niat saya belajar. Selain itu saya harus menjaga hati agar tidak mudah merasa lebih tau dan lebih paham saat ilmu disampaikan. Jangan pula merasa puas diri dengan ilmu yang dipunya sehingga malas menuntut ilmu. Saya juga harus bersungguh-sungguh, tekun menyelesaikan proses pembelajaran, dan jangan mudah berputus asa saat menemukan kesulitan dalam belajar.
Doakan saya bisa menuntaskan dengan sebaik-baiknya perkuliahan saya di jurusan ilmu kehidupan yang sudah saya pilih ini. Dan doakan juga saya mendapatkan keridhoan Allah atas apa yang saya upayakan ya.
love
-desni-