Weaning with love atau menyapih dengan cinta. Ini adalah istilah populer di kalangan ibu menyusui dan bapak yang peduli sama istri yg menyusui anaknya :p
Jadi dahulu kala ibu-ibu menyusui punya macam-macam cara untuk menyapih anaknya. Macam-macamnya itu ajaib, bukan sekedar berhenti nyusui. Ada yang pakai metode oles yang pait ke payudara (brotowali biasanya), ada yang pakai cara oles yang serem ke payudara (obat merah), ada yang anaknya dititip ke kakek-neneknya berminggu-minggu sampai sang anak lupa dengan susu ibunya, dan ada pula yang pasrah menunggu hingga sang anak berhenti dengan sendirinya.
Maka saat syira lahir, sachie yang kala itu berumur 17 bulan sudah kami siapkan untuk disapih. Eh bukan. Kami sudah menyiapkan diri untuk menyapih sachie. Kami disini adalah bunda dan ayahnya. Iya dong ayahnya juga harus ikut ngurus anaknya. Berani berbuat berani bertanggubg jawab.
Persiapan kami banyak. Pertama komitmen, kami harus komit bahwa kami akan bekerja sama jika saatnya tiba untuk mengalihkan perhatian sachie kalau dia minta nen. Mengalihkan perhatian sachie dengan cara yang asik tanpa gadget. Bagi kami gadget gak akan mempan dan gak akan baik efeknya untuk mengalihkan perhatian sachie. Dan peran ayah sangat penting. Karena kalo orang yang mengalihkan perhatian adalah pusat perhatiannya (sang bunda) ya sama aja bohong kan. Jadi ayahlah yang harus bisa mengalihkan perhatian sachie.
Selain komitmen kami juga harus punya "stok sabar" ngadepin rengekan dan tangisan sachie nanti. Stok sabar diperoleh dari rukhiyah yang kuat dan rasa bahagia ayah bundanya. Maka jauh-jauhlah stress saat desember mulai dekat.
Dua bulan menjelang hari H (6 desember), kami mulai mendoktrin sachie dengan 2 doktrin. Pertama bahwa sachie kalau sudah ulah tahun, tiup lilin gak akan nen lagi. Kedua, walau sachie gak nen bunda dan ayah akan selalu sayang sachie. Dan dua doktrin ini gak cuma diucapkan tapi juga dilakukan agar sachie benar-benar paham. Alhamdulillah sejak bulan oktober ada 2 ulang tahun tetangga yang sachie hadiri. Sachie bisa merasakan serunya tiup lilin, potong kue, nyanyi dan kehebohan ulang tahun lainnya.
Dan karena bunda di rumah aja, bunda harus bisa tetap intens main sama sachie, ngobrol, baca buka dll walau sudah ada syira yang udah mulai banyak tingkahnya. Kenapa? Karena agar sachie gak merasa dilupakan setelah adiknya lahir, gak ngerasa cemburu dll. Buat kami ini penting agar sachie merasa nyaman dan gak terpaksa disapih.
H-1. Tanggal 5 desember, pas banget bundanya ulang tahun, bundanya deg2an, bisa gak nih nyapih sachie, nangis gak dia, drama gak nih dll dsb dkk. Maka malam harinya saat jam 10 malam, saatnya sachie tidur, saya susui dia. Saya peluk erat, berdoa, sambil sesekali berkata pelan ke Sachie "kak, ini nen yang terakhir ya sayang, besok kakak ulang tahun, kita akan tiup lilin, kita akan potong kue, artinya besok kakak gak nen lagi, kakak udah besar. Kakak kalo mau tidur bunda peluk ya sayang, nanti kita tidur..." dan dia menangguk lemah.
Paginya, saya dan ayahnya bergegas menghias kue yang sudah dibuat neneknya. Marble cake sederhana ala nenek kami hias dengan butter cream buatan kami sendiri lalu ditabur meises dan keju parut.
Saat saya sibuk memarut keju, terdengar suara sachie bangun memanggil saya "bundaaaa... mana bundanya sachie..." wuuusss ayahnya langsung lari, ngajak ngobrol sachie sebelum sachie mulai nangis. Dia biasa gitu tuh kalo tidur gak ketemu emaknya langsung nangis.
Entah ngobrol apa sachie dan ayahnya yang jelas sachie keluar kamar sambil senyum-senyum. "Eh ada ejuuu (keju), mau dong bunda..." setelah kuenya siap, kami nyalakan lilin di atasnya. Adegan tiup lilin yang gak sambil nyanyi ini emag sederhana, hampir dramatis karena bundanya inget kao sachie belum mahir niup lilin. Eh alhamdulillah ternyata sachie bisa...
Lalu selepas tiup lilin hingga detik ini sachie belum pernah minta nen. Dia bener-bener deh bikin kagum ayah bundanya. Cuma dua kali selama ini dia mau minta nen, tapi setelah diajal ngobrol gak minta lagi. Malah sekarang suka saya becandain "kakak gak mau nen?" dan dengan santainya dia jawab "enggak, sachie kan udah becang (besar), bobonya peyuk (peluk) aja". Ah alhamdulillah... udah gitu aja ceritanya. Hehehe...
Bersyukur banget gak perlu pake brotowali padahal neneknya udah ngewanti-wanti. Alhamdulillah...
2 comments
This writing suits you much..
ReplyDeleteI mean keep yourself post this kind of.. this one is more enlighten :D
Sorry, I forgot to install my 'bahasa'
hahaha
waktu saya menyapih anak-anak juga harus kerjasama ma suami. Samppe suami belain cuti :)
ReplyDeleteTerima kasih sudah membaca, silakan tinggalkan komentar di tulisan ini