Kata-Kata

Sebagai orang Indonesia dengan Islam sebagai agama mayoritas pasti kita pernah mendengar kata-kata ini..

"Asyhadu'alailahailallah, wa asyhadu'annamuhammadarrasulullah..."

Seseorang belum bisa dikatakan berislam jika tidak mengucapkan kalimat tersebut. Walaupun dia di dalam hati meyakini bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, tapi jika dia tidak mengucapkan kalimat tersebut dari lisannya, maka percuma, dia tidak dianggap berislam.

Lalu kalimat singkat yang satu ini...
"Saya terima nikahnya Desni Utami binti M. Husen dengan mas kawin tersebut tunai.."

Cuma dengan menjabat tangan ayah saya, lalu mengucapkan kalimat sederhana di atas, dan dengan syarat disaksikan oleh beberapa orang, seseorang sudah sah menjadi suami saya. Sederhana sekali bukan?

Sesederhana itu perkataannya, tapi ia menjadi bagian penting dan menentukan. Hingga kita diminta berhati-hati dalam berkata-kata.

Mari kita mencoba mengingat kembali beberapa adab-adab berkata-kata sebagai seorang muslim.

Sebagai muslim kita diperintahkan Allah untuk mengatakan hal yang benar..

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar” [Al-Ahzab : 70-71]

Jika pun bercanda, maka candaan seorang muslim adalah perkataan yang benar dan tidak berdusta

Nabi bersabda, “Aku akan memberikan jaminan sebuah rumah di pinggir surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan sekalipun ia benar, dan rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta sekalipun ia bercanda, serta rumah di bagian atas surga bagi orang yang akhlaknya bagus”. [HR. Abu Dawud dalam As-Sunan (4800). Lihat Ash-Shohihah (494)]

 Selain berkata benar, kita tetap diminta untuk menjaga hal-hal benar yang kita katakan adalah hal yang tidak menyakiti saudara kita.

Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan dan tangannya” 
(Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Shahihnya hadits no.10 dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu bahawa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda)

Jadi sekalipun pada kenyataannya ada saudaramu yang jelek, kurus kerempeng, jerawatan dan belum lulus, walau itu benar, bukan dusta dan diucapkan dengan niatan bercanda, hal tersebut menjadi tidak layak dikatakan jika saudaramu merasa tersakiti dengan kata-katamu (curcoooool :p)

"ah itu mah tergantung individunya aja, kalo orangnya sensitif, apa-apa jadi terasa menyakitkan.."

Tentu. Tapi apa tidak sebaiknya kita menjaga lisan kita dari hal-hal yang "masih punya kemungkinan" menyakiti orang lain. Kita tidak bisa menebak kadar keimanan saudara kita setiap saat. Bisa jadi ia tinggi imannya hingga candaan seperti apapun tidak menyakiti tapi iman itu berputar, ada masa ia tinggi dan ada masa ia rendah. Saat iman seseorang turun, bisa jadi tingkat sensitivitasnya pada perkataan sejenis di atas meningkat. Maka kita perlu berhati-hati dalam melindungi hati saudara kita agar tetap selamat dari "gangguan" perkataan kita.

Pada akhirnya marilah kita tengok lagi hadits Rasulullah SAW yang satu ini.

Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya no. 6475 dan Muslim dalam kitab Shahihnya no. 74 meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah bersabda.
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam”

Wallahu'alam
Mari bersama-sama memperbaiki diri :)

You Might Also Like

2 comments

  1. Alhamdulillah...
    Saya teringat kata ibu saya.
    Sejelek apapun seseorang, seperti apapun dia, terutama wanita, jangan sekali-kali menyakiti hatinya.
    Sakit hati bisa lebih lama sembuhnya ketimbang disakiti secara fisik. :(

    ReplyDelete
  2. mari beristighfar atas setiap kata yg mgkn tidak sengaja menyakiti hati :)

    ReplyDelete

Terima kasih sudah membaca, silakan tinggalkan komentar di tulisan ini