Catatan Ratu Jalanan

Catatan Ratu Jalanan
(owalaaaahh...)

Salah satu cita-cita masa kecil penulis adalah jadi petualang. Andai penulis lahir tahun 2000 (berarti sekarang umurnya 9 tahun lah, masih cocok kaaaannn...) mungkin penulis sekarang sudah masuk tipi dan jadi bolang (bocah ilang hahaha...).
Bogor adalah salah satu kota yang cocok buat dijadikan tempat bertualang, walau di sini cuma punya BB, penulis tetep suka jalan-jalan.

Weits.. BB bukan Blackberry, belum ada dalam RAPBN (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja desNi) buat beli Blackberry. Mending beli bakso kemana-mana da... BB adalah akronim dari Biru Beroda (hahaha...). Sang wymcycle biru yang senantiasa menemani penulis kebut-kebutan di lingkar kampus. Angkot aja kalah. Sepeda umat penuh sejarah. Terakreditasi A deh pokoknya (Ancur).

Ada banyak pelajaran yang penulis ambil saat menjadi “desni the explorer..berhasil..berhasil..horee” (siapa yg mau jadi boots hahaha) antara lain :

1. Kendaraan Hemat Oksigen
Siang itu panas terik menyengat Bogor, males banget klo bawa-bawa si BB keluar. Soalnya niscaya sorenya hujan dan sebuah kepastian lainnya adalah sang “Valentino Rossi wanna be” ini bakal basah kuyup. Tau sendiri hujan di Bogor yang membabi buta itu, payung cuma bisa melindungi kepala, selain itu basah semua.
Lagian, nanti dikira topeng monyet lagi, naik sepeda kok bawa payung (huhuhu...)
Jadilah penulis berjalan kaki ke kampus untuk menemui dosen pembimbingnya bersama seorang teman. Saat perjalanan pulang, karena sangat letih (majas) maka penulis punya ide buat naik becak.
Desni (D): Jeng, gimana klo kita naik becak?



Teman (T): Gila lo, yang bener aja.
D : (manyun dibilang gila)
T : Lo tau kan tukang becak di IPB dah kakek2 semua. Tega lo ye..
D : kenapa?
T : Masa kita nahan nafas sepanjang jalan biar ga berat....
D : hahaha...diet bu...

2. Kendaraan Tuhan (ooowww)
Ini ceritannya bukan di daerah bogor... penulis menemukan kendaraan unik, lalu bersama someone - yang mungkin ga mau disebut namanya - (halah) ia mencoba menaiki kendaraan tersebut. Saat di perjalanan, sang kendaraan hampir menabrak kendaraan lain (hampir, ga nyaris). Lalu penulis bertanya pada sang someone
Desni (D) : kendaraan ini ada lampu sen ga sih?
Somenone (S) : ga ada
D : pantes... (pake gaya patung achiles – tangan di dagu)
S : makanya ni kendaraan disebut kendaraan Tuhan, soalnya hanya supirnya dan Tuhan yang tau dia mau belok ke mana....
D : wkwkwkwkwkw....
Ia adalah Bajay. Thanks berat to someone. Cinta deh...


3. Bisa sekalian dibajak
Naik motor bersama tukang ojeg tercinta (Ntin, wo ai ni dah..). Biasanya penulis suka bete di kampus, makanya sering pulang ke rumah (gayaaaaa). So, klo nyari tiket kudu ke baranangsiang (BS) soalnya sekalian jalan-jalan.
Beberapa hari terakhir penulis jalan ke BS bersama sang tukang ojeg buat beli tiket. Berangkat dari kampus jam 4 sore. Biasa jam segini mah hujan... modal nekat binti pengen banget ngabur dari kampus, kita berdua mulai perjalanan dengan jaket tebal. Niatnya biar lebih cepat nyampe ke BS, kita lewat jalan Soleh Iskandar (jalan baru). Buseettt...ternyata prediksi kita salah besar. Macet total. Macet disebabkan oleh banyaknya angkot di kota hijau ini (hijau karena warna angkotnya) serta jalan yang bisa sekalian dibajak dan ditanami padi hehehe... penuh lubang di sana-sini. Wal hasil nasib kami adalah kehujanan, serta rok, kaos kaki dan sepatu dipenuhi lumpur hasil ngebajak jalan Soleh Iskandar.
Hikmah perjalanan : jangan ngabur dari kampus, ntar kualat!

Ini dulu dah... semoga bermanfaat (mana coba manfaatnya).

You Might Also Like

0 comments

Terima kasih sudah membaca, silakan tinggalkan komentar di tulisan ini