NHW#3 (Part II) : Potensi Anak, Diriku dan Lingkunganku

Setelah tugas menulis surat cinta dan melaporkan reaksi suami (hahaha..), tugas selanjutnya adalah menuliskan potensi kekuatan anak, diri sendiri dan lingkungan.

Mari kita mulai dengan potensi anak dan dengan bersyukur karena alhamdulillah sampai saat ini (semoga) kami orang tuanya masih bisa menjaga fitrah anak. Alhamdulillah mereka sudah terbiasa bangun subuh, ikut sholat fardhu, mengenal rasa lapar dan suka terhadap variasi makanan bergizi, minat belajar tinggi, gemar membaca, aktif bergerak, tidak bergantung pada gadget, jujur, penyayang, dan suka membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga (life skill). Barakallah fik anak-anak..

Kelemahan anak-anak kami adalah "berantakan". Sehabis bermain, mainannya belum dirapikan kalau saya gak ngomel dan turun tanggan beresin duluan huhuhu.. Ini masih pe-er besar bagi kami orang tuanya, terutama saya untuk menanamkan disiplin yang satu ini. Tidak perlu pembenaran bahwa saya tidak dibantu ART atau pengasuh. Ini adalah tugas basic yang harus segera saya selesaikan. Doakan saya ya.

Sekarang mari kita jabarkan lebih detail potensi khusus anak satu per satu


1. Sachie
Sebagai anak tertua, Sachie (6 tahun) dianugerahi sifat yang "ngemong". Ia sangat perhatian kepada adik-adiknya. Dia suka membantu adiknya. Misalnya setelah makan siang, kami punya aktivitas rutin yaitu bermain santai. Bermain santai ini bermain yang tidak perlu aktivitas fisik yang banyak. Seperti bermain boneka, bermain tenda-tendaan, main mobilan di kota kecilnya, membaca buku dll. Sachie sering sekali saya temui sedang membacakan buku untuk adik-adiknya. Ia juga membagikan mainan secara adil kepada adiknya. Atau saat ke mall adik-adiknya berebutan ingin menggandeng tangan Sachie.

Sachie adalah anak yang mudah tersentuh, mudah menangis. Mungkin orang lain akan melabeli putri kami dengan sebutan anak cengeng. Tapi bagi kami Sachie hanyalah anak penyayang yang lembut hatinya. Sachie juga pemalu. Oleh karena Sachie sangat sensitif, maka kami juga harus lebih peka pada Sachie. Agar sebelum ia malu, kita lebih dulu membimbingnya agar lebih berani.

Oh iya, Sachie punya ketertarikan pada buku yang sangat tinggi. Ini membuat kami lebih mudah mengajarinya baca tulis hitung. Ia sudah tertarik membaca sejak bayi mungkin karena kami sudah bacakan buku padanya. Itulah sebabnya pada usianya yang keempat walau tidak TK, Sachie sudah lancar membaca dan menulis tanpa paksaan sama sekali.

jurnal Sachie 2 tahun yang lalu.
Cerita saat ia menemani ayahnya ke Shop and Drive dan melihat aquarium di sana.
Kelebihan Sachie yang lain adalah ia sangat rajin menggambar dan menulis. Ia rajin membuat jurnalnya (buku diary) baik berupa tulisan atau gambar kegiatan harian yang berkesan baginya.


2. Syira
Berbeda dengan Sachie yang mudah menangis, Syira (4,5 tahun) justru lebih "kuat". Kalau ada yang meledek (biasanya ada saja keluarga yang suka bercanda dengan meledek anak-anak agar anak-anak marah), nah Syira tidak menangis. Dia akan dengan lantang membantah. Kalau orang lain menganggap Syira adalah anak yang ngeyelan, maka bagi kami Syira adalah anak yang teguh pendirian, tau apa yang dia mau dan Syira adalah anak yang pemberani.

Syira juga suka sekali membaca, masalahnya Syira masih belum mau belajar membaca dengan alasan "biar teteh (sachie) aja yang bacain" 😅😅😅 Keuntungan Syira punya kakak seperti Sachie adalah Syira juga pintar menggambar. Sejak usianya 3 tahun gambar dan pilihan warnanya sudah jelas. Syira punya mentor pribadi hehe..

Gambar seekor burung karya Syira saat usia 3 tahun. Sudah punya paruh dan sayap.
Katanya ini burung makaw, makanya berwarna-warni hihi...

3. Dirga 
Saya kira Sachie-Syira sudah cukup aktif, ternyata Dirga (3 tahun) jauh lebih aktif. Anak laki-laki memang lebih kuat fisiknya. Dia terus-terusan berlari, melompat, memanjat, gak habis-habis tingkahnya. Dibanding kakak-kakaknya, Dirga juga lebih penasaran terhadap sesuatu. Dia juga lebih berani dan lebih susah dilarang. Inilah kenapa Dirga lebih banyak bekas luka di kakinya ketimbang kakak-kakaknya. 😓

Orang-orang mungkin menyebut Dirga bandel. Tapi bagi kami Dirga gak lebih dari bayi kepo yang aktif.

Dirga punya ketertarikan spesifik pada kendaraan terutama alat berat. Dia suka excavator, buldozer, crane, truk pemadam, truk barang, truk semen, dll. Matanya jeli sekali melihat kenampakan alat-alat berat ini baik di buku, koran, majalah, dan juga di jalanan.


Potensi Seorang Desni
Sekarang ke potensi pribadi. Hmmm... Mari mulai mencari kelebihan diri. Katanya mencari kelebihan diri sendiri itu sulit karena kesannya jadi narsis. Tapi tidak apa-apa. Kita harus percaya diri ya! Menurut saya kelebihan saya adalah saya orang yang cukup mengerti dunia digital. Saya bisa menulis blog di sini, saya bisa membuat dan mengedit video untuk channel youtube kami, saya bisa sedikit design grafis, saya bisa mengoperasikan adobe photoshop, adobe illustrator, dan adobe premiere. Saya juga mampu mengoperasikan corel draw dan autodesk sketchbook. Saya cukup canggih dalam dunia digital. Dan semua program ini saya pelajari secara otodidak sejak 2006.

Saya juga bisa memasak dan suka bereksperimen di dapur. Saya pun cukup sabar untuk membiarkan anak-anak "membantu saya di dapur". Saya juga bisa menjahit dan cukup kreatif untuk membuat produk-produk handmade. Saya juga rajin membuatkan mainan edukasi dan menemani anak-anak bermain.

Bagi saya ada satu hal yang paling penting dari semua itu, saya suka berbagi ilmu. Dulu berbagi ilmu yang saya lakukan adalah menjadi pengajar. Di tahun 2007-2009, saat masih kuliah dalam satu semester, saya sempat menjadi asisten praktikum untuk tiga mata kuliah sekaligus. Untuk melepaskan kerinduan saya berbagi ilmu, maka saya membuat blog dan vlog yang isinya sebagian besar adalah "tutorial".


Lingkungan Tempat Tinggal
Dua tahun yang lalu adalah pertama kali saya menginjakkan kaki di bumi lancang kuning, Riau. Provinsi Riau khususnya Pekanbaru adalah tempat yang sangat agamis. Masjidnya bukan hanya bagus dan nyaman tapi juga ramai selalu, banyak kajian, jamaah sholat subuhnya ramai, penduduknya agamis, tidak sulit menemukan wanita berjilbab lebar bahkan yang bercadar. Begitu juga dengan tempat tinggal saya di Pandau. Masyarakatnya kekeluargaan, saling menyapa bahkan rajin saling berkirim makanan. Alhamdulillah.

Belum ada tantangan dari lingkungan yang memancing saya dan keluarga berbuat lebih untuk lingkungan. Tapi kondisi lingkungan yang agamis ini malah memberikan kami tantangan untuk semakin lebih giat belajar agama karena sudah sangat banyak fasilitasnya. Sayang sekali jika saya tidak lebih paham ilmu agama padahal hampir setiap hari ada kajian, ada kelas tahsin gratis di masjid, juga ada rumah tahfidz di komplek. Jadi mungkin inilah maksud Allah menempatkan kami di lingkungan yang sekarang, agar kami semakin memahami ilmu agama.

Sedangkan jika melihat lingkungan yang lebih luas lagi (Indonesia), kami merasa keluarga kami berpotensi memberikan teladan produktifitas ibu dan keluarga lewat video yang kami bagikan di channel youtube kami. Kami memiliki tugas menyajikan tontonan yang edukatif untuk ibu-ibu. Agar ibu-ibu yang menonton terinspirasi untuk memasak, untuk membuat mainan anak dll sehingga semakin banyak ibu rumah tangga yang tetap produktif di rumah.

You Might Also Like

0 comments

Terima kasih sudah membaca, silakan tinggalkan komentar di tulisan ini