NHW#3 (Part I) : Surat Cinta untuk Pak Tyo

Surat cinta adalah hal yang sangat biasa dalam hubungan saya dan suami. Kami berjumpa sejak saya SMA. Saya ingat pertama kali ia membangun komunikasi dengan saya adalah dengan memberikan surat yang ia selipkan pada buku latihan soal ujian masuk universitas. Jadul sekali sodara-sodara hihihi..  Sebenarnya itu bukan surat cinta kayaknya (eh apa bisa masuk kategori surat cinta ya? Lha bingung sendiri hihihi..). Tapi sampai sekarang saya masih menyimpan suratnya. Kalo gak salah isinya cuma nasihat agar saya gak jutek. Nasibmu ya Des punya muka galak hahaha..


Balik lagi soal surat-suratan. Sebagai seorang yang berdarah Sumatera, saya sudah pasti sangat blak-blakan sekali kalau berbicara. Gak suka langsung bilang, sebel langsung bilang, gak sreg langsung bilang. Gak ada istilah-istilah dipendam sampai sakit kuning (sakit hati-red wkwkwkwk). Sehingga nampaknya saya gak perlu ya surat-suratan ke suami? Ternyata pada kenyataannya saya masih perlu bantuan surat untuk menyampaikan pendapat saya ke suami.

Saat saya hamil dan lumayan menderita, saya mengirimkan surat kepada suami. Lengkap dengan artikel terkait tentang kehamilan. Saat saya terkena baby blues, saya mengirimkan surat ke suami. Lengkap dengan lampiran berupa penelitian dan artikel terkait tentang baby blues. Begitu juga saat berada pada pilihan LDR atau tidak, saya lanjut S2 atau belum, anak-anak sekolah dimana dll. Saya mengirim surat lengkap karena saya berbicara jauh lebih runut, lebih halus dan lebih tenang dalam bentuk tulisan. Saya juga takut pada risiko salah paham yang lebih besar jika berbicara langsung. Saya berusaha mengurangi risiko konflik dan risiko jadi istri yang gak sopan dan kurang ajar sama suaminya hihihi.. Mengirimi surat lengkap dengan artikel-artikel juga agar suami mengerti yang dialami istrinya adalah suatu hal yang ilmiah dan tidak mengada-ada. Intinya saya menyurati suami saat saya punya pendapat yang saya yakini kebenarannya dan keukeuh ingin saya pertahankan hahaha...

Ingat! Laki-laki adalah makhluk yang super logis maka berilah fakta. Mereka juga punya ego yang tinggi ingin merasa dihormati, maka menulis surat merupakan upaya kita meminimalisir meninggikan suara pada suami, juga upaya kita agar memilih kata yang baik. Jadi walaupun ngotot, tetep pas dibacanya kaleman hihihi..

Oh iya saya juga menulis surat saat momen-momen romantis. Seperti saat ulang tahunnya, anniversary, juga saat melow pengen bilang cinta atau terima kasih yang lebih puitis. Salah satu suratnya pernah saya publikasikan di blog atas izin suami hehe..

Jadi mungkin salah satu penyebab lancarnya komunikasi antara saya dan suami adalah pertama saya bukan tipe yang suka kode-kodean, saya sangat blak-blakan. Karena prinsipnya kita menikah bukan pramuka. Ngapain kode-kodean hehe.. Kedua karena saya rajin menulis surat dan suami rajin membaca semua surat yang saya kirimkan. Alhamdulillah.

Omong-omong soal surat, nice homework dari Institut Ibu Profesional (NHW #3) kali ini ada beberapa tugas, yang pertama adalah menulis surat cinta ke suami dan melihat respon suami setelah membaca surat tersebut. Wah saya menghabiskan waktu 3 hari menulis surat ini. Setiap nulis nangis hihi.. Suratnya bikin saya flashback semua cerita antara kami berdua. Ini dia suratnya.




Suratnya saya print dan saya minta suami untuk membacanya. Sengaja pilih font yang unik biar doi tertarik baca. Ini dia respon suami setelah baca.

Saya : Gimana?
Suami : (senyum tapi gengsi) apa? kan udah aku baca
Saya : Masa gitu aja?
Suami : Ya alhamdulillah...
Saya : Trus? Jadi apa jawabannya?
Suami : Emang kamu nanya apa?
Saya : Lha itu di paragraf terakhir!
Suami : (bolak balik suratnya) ooooh.. ya alhamdulillah...
Saya : Bagian mana yang paling berkesan di suratnya?
Suami : Ih masa aku harus kasih tau?
Saya : ya iyalah.. masa mau dipendem
Suami : Ih suka-suka aku dong! Eh ini gak mau kamu post di facebook (narsis wkwkkw)
Saya : ogah, nanti aku dikira promosiin suamiku wkwkwk
Suami : ya gak apa2 nanti tiba-tiba ada yg DM mau jadi yang kedua 😂
Saya : 😑😑😑

Bersambung ke part II

You Might Also Like

0 comments

Terima kasih sudah membaca, silakan tinggalkan komentar di tulisan ini