Notulensi Jelita: Post Natal Depression

Jadi selama kuliah dulu saya punya kelompok ngaji yang lebih populer disebut dengan liqo-an. Kelompok ngaji saya ini tidak terpisahkan sejak saya awal kuliah dulu hingga akhirnya satu per satu menikah dan pindah dari Bogor. Kelompok ini kami beri nama JELITA singkatan dari Jejak Liqo Kita. 

Setelah bubar, Jelita masih aktif berkomunikasi. Salah satu alasan saya masih sering membuka facebook yaitu mengetahui kabar teman-teman kampus lewat grup facebook termasuk kabar-kabar Jelita. Nah setelah facebook tidak begitu populer komunikasi kami berpindah ke grup whatsapp. Tulisan saya kali ini adalah notulensi percakapan kami di grup Whatsapp. Notulensi ini dibagi menjadi 3 pembahasan. PND, Pemberian ASI dan terakhir Seputar ASIP. Kenapa notulensi ini saya bagikan disini. Pertama karena saya merasa percakapan ini seru. Dan kedua karena percakapan ini saya rasa bermanfaat terutama untuk teman-teman perempuan lainnya seusia saya sekitar 25 tahunan. 

Yak langsung ya.. Selamat membaca..


Bismillaahirrahmaanirrahiim..

Diawali dengan share sebuah tulisan dari urbanmama tentang Post Natal Depression, hari itu (Rabu, 12 Februari 2014) Grup Whatsapp Jelita mendadak ramai dengan diskusi. Setelah lama berisi sapa-sapa manja a la Jelita, hari itu Jelita kembali kepada Ash sholahnya sebagai majelis ilmu (cipok satu-satu).


Dalam tulisan Post Natal Depression tersebut diceritakan seorang ibu muda (penulisnya saat melahirkan sepertinya berusia 21 tahun) yang mengalami depresi berat pasca melahirkan. Ia merasa dikuntit oleh malaikat maut dan penjaga neraka. Ketakutannya menyebabkan ia menangis berhari-hari dan bahkan dengan konyolnya bersembunyi di bawah kolong tempat tidur. Untungnya ia memiliki pengasuh bayi. Bisa dibayangkan nasib putranya bila ia biarkan bayinya menangis sedang ia bersembunyi di bawah kolong. Di akhir cerita dikisahkan bahwa sang ibu bisa mengatasi permasalahan post natal depressionnya dengan cara yoga (yoga bukan nama orang #apabanget hahaha)

Ternyata setelah tulisan itu disebar di grup Jelita, beberapa (atau semua) penghuni jelita yang sudah punya baby mengaku mengalami PND atau lebih populer disebut baby blues. Macam-macam bentuknya ada yang menangis, merasa tidak becus jadi ibu, membiarkan anaknya sendirian sampai ada yang hampir membekap anaknya. Ajaib kan? Jelita yang in sya Allah sholihah saja bisa kena baby blues separah itu.
Ilustrasi, google

Kira-kira apa sebabnya?

Berdasarkan analisa kami baby blues disebabkan perubahan kondisi tubuh dan kondisi kehidupan ibu.

  • Pasca melahirkan hormon esterogen dan progesterone akan mengalami penyesuaian kembali dengan kondisi ibu sebelum hamil. Perubahan hormon ini mirip seperti masa menstruasi hanya sedikit lebih dahsyat sehingga emosi ibu jadi tidak stabil. 
  •  Belum lagi kondisi ibu yang mengalami nifas membuat ibu diharamkan sholat sehingga kondisi ruhiyah ibu pun menurun.
  • Luka pasca melahirkan pun masih nyeri memperjelas kondisi ibu yang melemah. 
  •  Selain itu ibu kekurangan waktu istirahat. Awal kelahiran adalah masa-masa sering begadang dan kurang tidur.
  • Permasalahan seputar pemberian asi dan menyusui mulai dari payudara membengkak hingga minimnya dukungan keluarga menambah beban ibu.

Semua ini terjadi bersamaan, hal inilah yang kemungkinan menyebabkan seorang ibu mampu “sebel” pada bayi yang ia tunggu-tunggu kehadirannya (nyomot kata-katanya Mina San, nama samaran :D).

Lalu bagaimana mengatasinya? Beragam cara mengatasi, mulai dari berbagi cerita hingga terapi seperti yoga dll. Beberapa hal dibawah ini yang disarankan Jelita agar baby blues terasa lebih ringan.

- Memberi tahu suami perkara baby blues ini. 

Hal ini penting agar suami bisa membantu para istri agar masa baby bluesnya tidak lama dan agar para istri mampu melewati masa baby blues ini dengan lebih ringan. Suami yang mengerti masalah baby blues ini punya kemungkinan besar untuk dapat bekerja sama mengurus rumah tangga terutama saat awal kelahiran bayinya. Suami diharapkan untuk tidak menuntut istri melakukan banyak hal yang membuatnya lelah dan tertekan pasca persalinan yang berat.

Oleh karena itu memang lebih baik istri berada di dekat orang tuanya agar lebih terurus. Atau jika memutuskan untuk tinggal berdua saja ada baiknya suami menyediakan asisten atau minimal sekali suami tidak memaksa istri memasak, mencuci dan tetek bengek pekerjaan rumah tangga lainnya selama masa nifas.

Selain karena luka persalinan yang perih, juga karena selama masa nifas ini istri masih punya kemungkinan “mati” yang besar. Berdasarkan data WHO, kematian yang berkaitan dengan kelahiran tak hanya terjadi saat melahirkan, melainkan juga dalam jangka waktu 42 hari setelah melahirkan.

Inilah sebabnya kami membagi tulisan ini agar dua orang jelita yang segera melahirkan Ntin dan Yaya, lebih ringan menghadapi masa-masa pasca melahirkan, walau tak semua ibu mengalami PND atau baby blues ini.

- Banyak-banyak dzikir agar lebih tenang
- Sabar hehehe…. 
 
Nah sekian dulu bagian PND ini. Kita lanjut ke bagian pemberian ASI pada bayi. Nantikan tulisan berikutnya.

You Might Also Like

2 comments

  1. waktu anak pertama, aku juga sempet baby blues, mbak.. Cuma gak lama dan ringan. Saat itu, hatiku ngrasa sedihh banget tapi gak jelas apa yang disedihin, trus ngerasa sendirian, padahal saya tipe orang yg lebih demen sendiri. Aneh deh, hehehe...

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihihi.. lucu ya mbak kalo dipikir-pikir. Saya juga jadi pendiem. Padahal saya ceriwisnya minta ampun haha..

      Delete

Terima kasih sudah membaca, silakan tinggalkan komentar di tulisan ini