Hujan

19 Februari 2009
Maghrib itu aku terburu-buru berlari dari masjid kampus menuju ke Bara, jalanan sempit di samping kampus yang disesaki pedagang-pedagang yang menjual apa saja. Mulai dari makanan hingga pakaian. Sore itu aku mengejar waktu, berlomba dengan langit malam yang tampak akan segera hujan. Aku harus segera sampai disana sebelum hujan karena aku harus membeli parsel, bingkisan untuk pembicara acara LDK besok pagi.

Aku cukup sebal dengan tali sepatu cats ku yang selalu terlepas ikatannya. Cukup menghambat langkah. Beberapa kali aku harus berhenti untuk sekedar mengikat kembali talinya. Sampai akhirnya tepat di depan RM Padang Ampera di persimpangan bara, aku melihatnya, pria yang rasanya tidak asing. Walau tampak berbeda dengan kacamata dan rambut gondrongnya, aku masih bisa mengenalinya. Dia, laki-laki yang empat tahun sebelumnya pernah membuat jantung ini berdebar tak menentu. Dari mana dia datang? Mesin waktu???


Tali sepatu terlupa...

Dia melihatku.
ah, kenapa kelihatan..
Ingin bersembunyi, balik arah, atau segera menghilang tapi dia terlanjur melihat.

Ku teruskan langkahku, mencoba untuk tetap bersikap wajar, berpura-pura tidak melihatnya saat langkah semakin dekat. Hingga dia menyapa.

"Hey..." katanya sambil tersenyum

Dan tiba-tiba hujan turun, deras bersamaan dengan kumandang adzan isya...

Aku? Aku jatuh cinta pada hujan...

You Might Also Like

0 comments

Terima kasih sudah membaca, silakan tinggalkan komentar di tulisan ini