5 Tips Agar Anak Mau Tidur Sendiri di Kamarnya

Alhamdulillah sudah sebulan Sachie-Syira tidur di kamarnya sendiri. Setelah 5.5 tahun Sachie dan 4 tahun Syira, tidur di kamar ayah-bundanya. Agak telat sebenarnya tapi alhamdulillah berhasil juga. Bagaimana reaksi mereka saat diminta tidur di kamarnya sendiri? Apa saja yang dipersiapkan sebelum anak-anak pindah ke kamarnya?



Sejak lahir baik Sachie, Syira, maupun Dirga memang tidak dipisahkan kamar tidurnya. Mereka ikut tidur bersama kami. Ini terjadi karena beberapa faktor seperti :

  • Saya menyusui mereka hingga usia 2 tahun dan saya gak mau repot (apalagi sampai stress) karena harus pindah-pindah tempat tidur. Tiap 2 jam bangun dan menyusui di kamar anak, lalu pindah ke kamar sendiri. Maaaaaak.. bisa gila owe 😆😅
  • Ya memang karena kamarnya belum ada aja. Kami sempat 3 tahun tinggal di rumah orang tua sebelum akhirnya pindah ke Pekanbaru.
  • Anaknya belum menampakkan kesiapan. Misalnya saat diminta tidur di kamar terpisah, gak usah jauh-jauh di kamar tantenya aja misalnya, mereka belum mau. Sampe nangis karena gak mau jauh dari emaknya heu...
Sebenarnya kami sudah mulai membujuk Sachie untuk tidur terpisah sejak usianya 2 tahunan. Saat itu karena masih di rumah kakek-neneknya, kami meminta Sachie untuk tidur bersama tantenya. Tantenya pun sering kali mengajak keponakannya ini untuk tidur di kamarnya. Walau mau dan sering sekali menumpang main di kamar tantenya, namun ia menolak untuk tidur di sana 😅

Mungkin karena kami masih tidur bersama Syira yang saat itu masih menyusu sehingga ada rasa iri kepada adiknya. "Adek aja masih tidur bareng ayah bunda, masa aku harus sama tante" begitu mungkin pikirnya. Dari pada rasa iri ini tumbuh jadi sibling rivalry, maka kami biarkan Sachie tetap tidur bersama kami.


Dalam Islam, perkara tidur anak ini sudah diatur sedemikian rupa. Mulai dari kapan waktunya pemisahan tempat tidur, hingga perkara selimut pun diatur.

Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam bersabda:مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا، وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ“Perintahkanlah anak-anakmu untuk shalat ketika berusia tujuh tahun, dan pukullah jika enggan melakukan shalat bila telah berusia sepuluh tahun, serta pisahkanlah tempat tidur di antara mereka.” (HR. Abu Dawud).
Dalam hadits ini Rasulullah memerintahkan orang tua untuk memisahkan tempat tidur anak pada usia 10. Ini usia paling lambat (maksimal/deadline) untuk memisahkan tempat tidur anak. Pada riwayat lainnya pemisahan tempat tidur juga diperintahkan saat usia 7 tahun.

Rasulullah juga melarang agar sesama wanita/sesama pria tidak tidur dalam satu selimut.Dari Abu Said Al-Khudri dari bapaknya bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda: “Janganlah pria melihat aurat pria yang lain dan janganlah seorang wanita melihat aurat wanita yang lain, dan janganlah pria berkumpul dengan pria lain dalam satu selimut, dan janganlah wanita berkumpul dengan wanita lain dalam satu selimut”. (HR. Muslim dan at-Tirmidzi).
Bahkan menurut psikolog anak dan remaja Ratih Zulhaqi, umur 2 tahun anak sudah bisa dipisah tidurnya dari orang tua, maksimal umur 5 tahun  (sumber : detikhealth). Kami pun penah membaca bahwa anak sudah bisa "pura-pura tidur" di usia 3 tahun. Jika anak sudah bisa berpura-pura tidur seperti ini, memisahkan tempat tidur anak bisa berarti menjaga anak dari melihat hal yang tidak sepantasnya mereka lihat.

Berikut ini langkah-langkah yang kami lakukan agar anak mau tidur sendiri di kamarnya : 
1. Berdoa semoga dimudahkan. 
Penting banget nih meluruskan niat, berdoa agar dimudahkan dan dikuatkan agar makin panjang sabarnya, makin luas hatinya menghadapi tingkah anak yang rupa-rupa. Jangan sampai perkara memisahkan tempat tidur ini membuat kita emosi dan marah-marah atau emosi lalu menyerah, balik lagi tidur bareng ortunya.

2. Sounding 
Yang kami lakukan pada anak-anak adalah berbicara baik-baik dari hati ke hati soal pindah kamar ini. Paling asyik berbicara lewat kisah dari buku atau video tentang tidur di kamar sendiri.
Kami juga menunjukkan foto-foto kamar anak yang ingin kami buat untuknya. Gak harus mewah kok, gak harus banyak perniknya. Cukup yang "dia banget". Misalnya anak kami perempuan, kamarnya pink biar dia banget, kamarnya ada lemari bukunya karena itu dia banget, ada storage mainannya karena itu juga dia banget dll. 

3. Hiasi kamarnya. 
Setelah nunjukkin foto-foto rencana kamar sambil sounding, sebulan yang lalu akhirnya kami mengecat sendiri kamar anak-anak. Gak kami juga sih, saya doang hahaha.. ayahnya anak-anak baru pulang tugas luar kota dan gak enak badan, jadilah saya sendiri yang ngecat subuh-subuh buta. Alhamdulillah jam 8 udah kelar ngecat kamar. Gak full semua dinding kamar. Kami cuma menambahkan warna abu-abu di bagian bawah dinding karena dindingnya super kotor dicoret Adek Dirga.  Adek juga sudah gak nyoret-nyoret lagi, jadi kami berani aja ngecat dindingnya. 
Menghias kamar ini tidak perlu mahal-mahal. Kami beli catnya yang murmer aja. Cat Catylac dari Dulux. Cuma Rp. 130.000,- satu kaleng isi 4.5 kg. Karena ngecatnya cuma separuh dinding ini bisa buat ngecat kamar anak-anak, kamar utama dan juga ruang keluarga. Hemat!
ngecat sendiri, bikin tirai sendiri 😎😆
Tirai kamarnya juga jahit sendiri. Beli kain 3 meter, kain satin buat furing yang harganya cuma Rp.9.000,- per meter. Dan besi pengganti tirainya cuma pakai kawat besi bekas yang nganggur di rumah. Alhasil bentuknya meleyot gak karuan 😅
Kalau mau printilan yang lucu-lucu kayak bunting flag (bendera segitiga), pompom, cat bentuk gunung, sticker polkadot, stiker bintang dll, bisa lho DIY (do it yourself alias bikin sendiri). Tinggal cari tutorialnya di internet, banyak lhoooo.. Bisa murmer dan mengasah kreativitas 😍

4. Menemani anak sampai sang anak tertidur 
Sejak malam pertama tidur di kamarnya sendiri hingga minggu kedua, bundanya selalu menemani anak-anak dulu sampai mereka tertidur. Baru setelah itu saya pindah ke kamar utama. Dari dua minggu itu, ada dua malam yang saya bablas ketiduran di kamar anak-anak dan baru pindah ke kamar saya sebelum subuh. Bapaknya anak-anak sampe protes.

5. Beri limit waktu
Selama dua minggu menemani anak-anak tidur, saya terus memotivasi anak untuk bisa tidur sendiri sambil memberikan limit waktu, sampai kapan bundanya menemani tidur di kamar mereka. Nah kami menyepakati bersama bahwa kami memberi mereka limit sampai ulang tahun Syira yang ke empat tanggal 2 Mei yang lalu. Setelah itu mereka harus bisa tidur sendiri tanpa bundanya.
Bagaimana rekasi mereka? Sachie yang sudah lebih dewasa tenang-tenang saja, dia bahkan senang karena sekarang bisa mematikan lampu sendiri, boleh menyalakan AC sendiri dll. Syira mengeluarkan sedikit mimik wajah sedih namun karena kakaknya happy, dia juga ikut happy dan bersemangat. 
Alhamdulillah setelah itu mereka benar-benar bisa tidur di kamarnya sendiri. Tidurnya pun tepat waktu, maksimal jam 10 malam lampu kamarnya sudah mereka matikan sendiri dan mereka pun sudah tidur. Subuh pun sudah bangun dan langsung main di kamar utama. 
ini kasur lipat, jadi kalau mau dipakai tidur tinggal dilebarkan menjadi 2x lipat ukuran saat dilipat
Sekian nih sharing pengalaman dari keluarga kami, ibu-ibu yang lain punya pengalaman serupa atau ada tips berbeda? Share di kolom komentar ya..

You Might Also Like

0 comments

Terima kasih sudah membaca, silakan tinggalkan komentar di tulisan ini