#OpiniBuDesni : Semua Tentang Baju [Part 1 : Motif Belanja dan Menumpuk Baju]

Bismillah


Tulisan ini dibuat dengan perenungan panjang dari banyak diskusi dengan banyak teman terutama teman-teman di Grup WA Mamashalihah. Tulisan ini ditujukan sebagai pengingat untuk diri sendiri dan sebagai hikmah dari semua kejadian yang pernah dialami.

Awalnya aku tergelitik dengan tulisan yang sempat viral tentang kebiasaan wanita berbelanja sampai level menumpuk barang hasil belanjanya. Mulai dari baju, jilbab, tas, sepatu, sampai Tupperware. Eh jangankan numpuk Tupperware yang sekilas keliatannya absurd banget, ada juga yang numpuk buku. Kita semua sepakat ya buku adalah benda yang bermanfaat, tapi kalau dibeli tidak dibaca lalu dijadikan pajangan di lemari doang, itu namanya menumpuk buku.



Alasan Beli Baju

Semua ini bikin aku penasaran apakah alasan yang digunakan wanita buat beli baju baru untuk dirinya sendiri. Ini adalah beberapa jawaban dari teman-teman di Mamashalihah yang sepertinya mewakili alasan wanita lainnya.

1. Karena butuhMisalnya baju yang ada gak breast feeding friendly alias gak cocok buat ibu menyusui, bajunya gak pakai bukaan depan. Jadi mau gak mau beli baju baru.
Atau baju yang lama sudah gak muat karena ukuran tubuh berubah setelah melahirkan.
Bisa juga karena baju lama sudah rusak dan gak memungkinkan lagi untuk dipakai.
Karena lagi travelling dan ternyata gak bisa nyuci, bajunya kurang alhasil beli baju baru.


2. Karena pakai sistem one in one out.
Jadi tiap kali habis menghibahkan baju lama ke orang lain, ia akan membeli baju baru. Untuk menjaga kestabilan jumlah pakaian yang ada di lemari.


3. Karena mau dukung usahanya temen
Ada aja yang belanja karena ternyata teman baiknya berjualan. Ia tau latar belakang temannya, gimana perjuangannya jadi ya belanja karena pengen dukung temennya agar tetap semangat berkarya.
4. Karena mau bantu yang jualan
Mirip alasan sebelumnya ya, tapi ini lebih ke yang jualan gak kenal, bisa aja ada liat di pasar ada nenek-nenek jualan jilbab, jadi pengen beli biar neneknya terbantu.

5. Karena dikomenin orang "bajunya kok itu-itu aja"
Ya ampun komennyaaaaa...

6. Karena penasaran sama jenis kain tertentu
Ini aku baru tau ternyata ada yang beli baju as simple as karena dia penasaran sama jenis kain tertentu. Misalnya lagi hits banget kain toyobo, katun jepang, katun ima, linen, balotelly dll Ada yang penasaran gimana sih kain ini jadi dia beli deh baju baru.

7. Karena penasaran sama model potongan bajunya
Nah ada yang belanja karena merasa belum punya potongan baju jenis terntentu. Misalnya gamis umbrella, gamis A Line, abaya yang resletingnya dari atas sampai bawah, baju sabrina yang off shoulders dll.

8. Karena penasaran sama merk tetentu
Kenapa sih baju keluaran Ria Miranda mahal, kenapa sih gamis Atelier Angelina belinya kudu rebutan, kenapa orang ada yang bisa dapet gamis X padahal rebutan dan banyak pesaingnya dll.

9. Karena udah tergila-gila sama merk tertentu (loyal customer)
Jadi tiap kali brand tersebut ngeluarin koleksi baru, dia pasti beli.

10. Karena ikut-ikutan
Orang lain udah punya masa aku gak punya sih baju merk ini, baju model itu, baju warna ini, baju kain itu.

11. Karena lucu
Ih motifnya lucu, ih warnanya lucu, ih hello kitty dll

12. Karena emosi
Ini motif paling absurd di antara semua motif di atas. "Aku kalo marah, bete, sedih bawaannya pengen belanja.." YHA begitulah wanita.


Dari sekian banyak alasan ini, kita bisa memilih ya mana ternyata alasan yang sesuai dengan tuntunan agama kita. Kita juga bisa membedakan ternyata ada perbedaan antara kebutuhan, keinginan dan pemuasan nafsu belaka. Sebagai wanita sudah fitrahnya kita suka berbelanja, kita suka pakaian yang indah, kita suka menumpuk harta, dan fitrahnya juga kita suka nampak lebih. Fitrah ini bukan untuk dibuang tapi direm. Agar tidak berlebih-lebihan. Karena yang berlebihan itu walau tampak baik tetap saja dilarang.

One In One Out dan Preloved

Dari semua alasan beli baju poin one in one out ini menarik buatku. Jadi awalnya aku tau sistem one in one out ini dari seorang motivator kondang. Pak motivator ini sering bercerita bahwa dia hanya punya sekita tujuh stel baju. Wuiiih aku salut lho, karena untuk orang yang mampu punya lemari baju kayak walking closet, beliau bersahaja sekali karena memilih cuma punya tujuh setel baju.

Aku polos banget dulu mikirnya beliau bajunya cuma itu-itu aja. Ternyata tidak, beliau tetep punya baju-baju baru, hanya saja setiap membeli baju baru, baju lamanya dikeluarkan dari lemari. Biasanya beliau hibahkan ke orang lain. Inilah yang disebut dengan sistem one in one out.


Dan sistem ini lagi populer sekarang. Indikasinya adalah banyaknya akun preloved di socmed terutama di instagram yang menjual baju-baju bekas pakai. Bahkan sekarang ada juga yang jual baju prewash. Prewash ini maksudnya baju yang baru sekali cuci dan belum dipakai. Biasanya orang menjual baju prewash karena ternyata bajunya kebesaran/kekecilan (risiko belanja online baju tidak bisa dicoba), baju/jilbabnya gak match sama stuff yang dimilliki sebelumnya.

Preloved baju adalah alasan yang biasa dipakai para penganut sistem one in one out, demi menjaga kestabilan jumlah pakaian di lemarinya. Maka setiap membeli atau menginginkan baju baru, mereka akan menjual baju bekas pakainya sebagai "modal awal" untuk membeli baju baru tersebut. Jadi jumlah bajunya tetap sekian walaupun beli baju baru lagi-lagi-lagi dan lagi.

Sebagai sorang muslim yang diperingatkan Allah lewat surat Al Isra ayat 26-27 yang berbunyi 
“(26) Dan Berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang ada dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghamburkan (hartamu) dengan boros. (27) Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudaranya setan dan sesungguhnya setan itu sangat ingkar kepada tuhannya.” (QS Al Isra : 26-27)
Aku melihat fenomena preloved baju untuk membeli baju baru lagi atau sistem one in one out dengan cara preloved lalu beli baju baru ini termasuk mubazir (boros). Seperti yang kita ketahui bersama, preloved baju hanya bisa dilakukan jika bajunya masih punya nilai, misalnya bajunya masih bagus, trendnya masih baru dll. Kalo bajunya buluk kan beda cerita ya, kecuali di baju ada tanda tangan orang penting haha..

Tapi gak semua preloved teridentifikasi dekat dengan kemubaziran lho. Ada juga yang preloved dengan tujuan sosial misalnya donasi untuk korban bencana atau untuk kegiatan sosial lainnya. Kan jadinya baik asal ya tadi tidak jadi pembenaran untuk terus-terusan belanja baju. Karena ada kisahnya seorang sahabat mendapat pahala besar dan jadi masuk surga karena memberi baju bekasnya kepada yang membutuhkan, dan ia menyesalkan "kenapa gak dikasih yang baru ya.." seperti itu.

Ada juga yang preloved karena dapat hadiah. Ini masih pro kontra ya. Ada yang bilang barang hadiah ya jangan dijual untuk menghormati yang memberi. Ada yang biasa saja menganggap barang hadiah sudah diberi ya berarti terserah pada yang diberi.  Tapi menurutku hadiah kan bisa saja hal yang gak bisa dipakai. Misalnya waktu lahiran dikasih kado gendongan sampe empat set, dikasih kado baju cewek padahal bayinya cowok, atau ternyata bajunya kekecilan, bayi kita bayi gede dll. Jadi barang tersebut dijual karena uangnya bisa dipakai untuk membeli yang benar-benar diperlukan misalnya perlengkapan mpasi bayi, popok dll.

Ada pula yang preloved dengan tujuan menyambung hidup, kondisi ini tentu sangat mendesak. Misalnya butuh uang buat sekolah anak, eh ternyata ada baju yang bermerk, kondisi bagus, masih layak banget pakai dan nilainya tingga. Ya gak ada salahnya kalau baju tersebut dijual untuk menyambung hidup. Bermacam-macam tentu alasannya, tapi hati kecil kita tau pasti mana yang sesuai dengan petunjuk yang Allah berikan.

Oh iya aku dapet cerita dari temen yang gak suka sama "jualan baju bekas". Jadi alasan temenku ini gak suka sama orang yang jualan baju bekas adalah dulu waktu masih kuliah, ada danus (dana usaha - divisi yang nyari pendanaan kegiatan) yang jual baju bekas. Baju ini dijualnya di pasar. Targetnya kan tentu menengah kebawah ya.. Nah ada calon pembeli, bapak-bapak tua yang mau beli baju seharga lima ribu rupiah. Tapi bajunya ditawar sama si bapak tiga ribu rupiah. Dan sedihnya gak dikasih sama mahasiswa yang ngedanus ini. Sedih ya..

Jadi memang apapun kegiatannya harus diawali dengan niat yang baik. Luruskan niat.

Mencegah

Banyak cara mencegah penumpukan baju, atau mencegah kita untuk belanja pakaian yang tidak perlu, bahkan mencegah kita untuk "salah beli baju"

1. Saat ingin membeli, tanyakan pada hati nurani, berkali-kali apakah baju ini benar-benar kita butuhkan atau hanya kita inginkan.

2. Bagi yang sudah menikah tanyakan pada suami apakah baik/bolehkan kita membeli baju ini.
Aku termasuk istri yang kalau belanja selalu izin ke suami walaupun pakai penghasilanku sendiri. Simply karena ingin menghormati suami dan karena cara ini paling ampuh jadi rem buatku untuk tidak mubazir.

3. Pastikan kita tau betul ukuran pakaian kita, minimal lingkar dada, panjang lengan dan panjang baju. Agar tidak ada kejadian salah beli.

4. Tiap ngintip online shop perbanyak istighfar dan luruskan niat selalu hihi..

5. Hindari belanja sambil emosi. Belanja adalah karena kebutuhan bukan karena alasan emosi. Sayang sekali jika karena belanja sambil marah, kita tidak teliti membeli. Ukurannya jadi kebesaran, warnanya gak cocok sama jilbab yang sudah ada di rumah dll.

6. Agar baju gak numpuk hentikan proses koleksi. Baju adalah kebutuhan primer, jangan sampai berlebih-lebihan.

7. Hisablah diri sebelum dihisab Allah.
Kira-kira baju ini bermanfaat gak buatku atau lebih manfaat jika di orang lain. Haruskah punya baju sebanyak ini, apakah semuanya terpakai atau tidak.

8. Coba praktikan penyeleksian baju dengan metode Konmari.
Konmari adalah metode membereskan rumah yang dipopulerkan oleh Marie Kondo. Intinya kumpulkan semua baju yang kita punya dalam satu tempat lalu seleksilah dengan cara menyentuhnya. Rasakan spark of joy atau rasa senang memiliki baju tersebut. Jika ada maka simpanlah baju itu untuk dipakai, jika tidak ada maka singkirkan. Berikan pada yang lebih membutuhkan. Penjelasan mengenai konmari ini akan sangat panjang sekali. Mungkin lebih baik di tulis dalam tulisan terpisah.

...bersambung

You Might Also Like

6 comments

  1. Setuju banget Mba...

    dulu aku termasuk orang yang peduli dengan omongan orang kalau 'bajunya itu-itu aja' sekarang mah ajdi cuek. Baju mau itu-itu aja ya biarin lah, anggap aja jadi personal branding yang bajunya itu si A hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. semacam mark zukerberg dengan kaos abu-abunya dan steve jobs dengan turtle neck hitamnya kan mba hihi..

      Delete
  2. Lha yg OOTD ganti2 baju tiap hari itu gimana ya? Padahal hampir tiap hari posting di IG, masa cuma sekali pakai baju2 bagus gitu. Aku sih jarang selfie, tapi dari fotoku yg sedikit banget di medsos itu tampaklah kalau baju itu2 aja. Hahahaa. Gpp, yg penting bersih & wangi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. nanti insyaAllah dibahas di postingan selanjutnya mba..^^

      Delete

Terima kasih sudah membaca, silakan tinggalkan komentar di tulisan ini