Menuju Enam Tahun Pernikahan

Sejak lama aku dan suamiku saling tau. Sejak aku masih unyu pakai seragam putih abu-abu. Tapi dulu hanya sekedar tau. Hingga suatu hari ia meminangku. Kini kami jadi sepasang sepatu. Uwuwuwu...

Apadeh haha..




Aku selalu ingat ini, waktu kami menikah aku masih berusia 23 tahun. Konon katanya 20an awal itu adalah usia menggebu. Betul. Aku (dan juga suami) menggebu. Masih mudah meledak emosinya, masih suka melakukan hal tidak perlu -seperti update status di facebook (😜) dan menceritakan segalanya pada dunia-, masih suka kabur dari masalah dll. Sungguh deh malu-maluin.

Hampir lima tahun berselang, rasanya pernikahan masih labil. Bukan soal harta atau tahta (ya ampun berasa anak raja), labilnya hanya soal jiwa. Aku yang suka masih berasa anak gadis atau kadang dia yang masih berasa bujang lajang. Masih sibuk ngurusin diri sendiri. Padahal anak sudah tiga (alhamdulillah).

Hingga suatu hari kami membuat keputusan penting, yaitu kembali hijrah. Kali ini Allah membawa kami ke Pekanbaru. Kota yang masyaAllah mungkin Allah simpan seribu berkah dalam ibu kota provinsi minyak ini. Kotanya Ustadz Abdul Somad yang fenomenal. Kota yang giat mengadakan pengajian bahkan kini ada ngaji santai untuk anak muda. Kami berharap berkahNya pun menyiprati keluarga kecil kami. Dan benar saja, setelah pindah banyak sekali hal yang berubah.

1. Lebih fokus mikirin pasangan

Dulu mungkin karena masih ada ortu dan mertua, kita jadi agak cuek. Ya kan ada ibu-ayanya, ya kan ada papa mamanya. Sekarang berasaaaaaa banget kita saling jaga, saling perhatiin satu sama lain. Aku perhatiin dia biar dia sehat selalu, gak stress dll. Suami juga jadi merhatiin aku, stress gak di rumah aja dengan tiga anak, stress gak gak punya temen "nyata", sehat gak aku dll.

Kami sekarang juga jadi mikirin selera pasangan banget. Misalnya suamiku suka tatanan rumah yang gimana, suamiku suka aku berpenampilan gimana, aku suka suamiku pake parfum apa, aku suka apa, dia suka apa pokoknya kayaknya sekarang jadi prioritas.

Aku pun jadi makin hormat ke suamiku bahkan untuk urusan sepele. Sesepele ngepost sesuatu di socmed atau blogku ini. Aku izin dulu. Dan yang tayang adalah yang lulus sensor hihi.. Tapi aku seneng lho. Ada banyak kebaikan di balik izinnya. Aku tenang. Suamiku pun merasa dihargai. Aku jadi gak serampangan asal ngepost aja. Sederhananya aku jadi lebih tertata dan terjaga. 

2. Lebih sering masak

Di pekanbaru jajan termasuk murah sih. Misalnya mie aceh, nasi goreng, roti canai, martabak telur kare khas aceh, teh telur, teh tarik masing-masing hanya Rp.10.000,- per porsi. Nasi padang porsi lengkap di komplek kami paling mahal Rp.13.000,- itu pun cuma menu daging. Kalau telur dadar cuma sebelas ribu, ayam dan ikan hanya duabelas ribu. Kece kaaaaan...

Walau begitu aku tetep suka masak sih ya. Karena selain bisa eksplore menu baru, aku bisa cari tau menu favorit anak-anak yang berbeda-beda. Juga karena khawatir kalo keseringan jajan pak suami malah sakit karena pencernaannya sensitif. Alasan aneh lainnya karena aku adalah tipe wanita kebanyakan, yang suka denger pujian hahaha... Pujian dari anak-anak dan dari suami tuh kayak membayar semua usahaku masak setiap hari. Semisal kalimat Sachie ini "emmm bunda, teteh tuh kalo cium bau masakan bunda jadi lapeeeer.." atau "ini ikannya enak sekali bunda.."

Dan alhamdulillahnya setelah kami pindah anak-anak kami yang dulu makannya super sedikit, super moody ternyata disini makannya super banyak. Satu porsi Sachie dan Syira sama dengan satu porsi makan ayahnya. Masyaallah.. Kemungkinan karena udah paham laper atau emang dasarnya doyan makan masakan bundanya.

Nah ini juga nih, jadi anak-anak ini memang lebih suka masakanku ketimbang beli. Gak tau deh kenapa. Seru ya kehidupan rumah tangga mandiri hihi.. Kalau ada yang nanya kenapa porsi makan anak-anak berubah? Kita beralih ke poin selanjutnya.


3. Anak-anak jadi lebih aktif dan kami lebih terarah dalam mendidik mereka. 

Selama tinggal di Palembang, kami tinggal menumpang di rumah orang tua. Terkadang di rumah orang tuaku, kadang juga di rumah mertua. Aku dan suami punya visi misi sendiri terhadap anak-anak kami. Sayangnya kalau tinggal bersama ortu atau mertua rasanya visi misi ini sulit dijalankan. Karena gaya pengasuhan yang berbeda, prinsip yang berbeda, banyak sekali perbedaan. Main tanah, lihat rumput, kumbang, main kardus semuaaaa dikomentari. Sebenernya intinya aku nya aja yang baperan plus banyak bikin alesan. Padahal ortu dan mertuaku cuma komen, komenpun cuma nanya, gak pernah melarang. Hahaha.. Dasar ya.

Tapi memang eksplorasi anak-anak setelah kami pindah jadi lebih baik sih. Karena tidak perlu takut rumah kotor, ya kan rumah sendiri. Gak takut barang berharga pecah belah, ya kan gak ada juga hihi.. Gak takut nabrak kalo main di dalam rumah, ya kayak tadi barang pun gak ada. Mereka pun bebas main, dan lebih aktif. Plus gak punya pilihan lain selain makan masakan ibunya. Jadilah alhamdulillah mereka makannya jauh lebih banyak. Dan kami jadi lebih enak mendidik anak-anak kami karena ya  di rumah cuma ada kami berlima. 

4. Saling memberi pujian

Dih dulu mah, mau aku masak enak kaya apa. Doi susah banget ngakuinnya. Sekarang alhamdulillah kami jadi lebih rajin memberi pujian. Sebagai penghormatan pada kekasih, juga pengajaran untuk anak-anak kami bagaimana mereka nantinya harus berperilaku terhadap suami/istrinya. Walau kadang gak langsung bilang "Bund, masakannya enak!" ih ini juarang sekali. Suamiku lebih sering bilang "Tami, kamu bikin warung sate maranggi gini pasti laku deh.." hihi.. 😍 

Aku pun begitu ya. Jadi lebih bersyukur, jadi lebih sering bilang terima kasih. Lebih memuji penampilannya. Memuji apapun surprise darinya. Memuji rezekinya berapapun jumlahnya.


5. Sholat bersama


Merantau dalam kondisi punya anak tiga dan semuanya balita membuat kami sadar bahwa sesungguhnya kami hanya punya Allah. Maka kami mencoba melangkah lebih dekat lagi padaNya. Suami sholat fardhu insyaallah selalu diusahakan sholat di masjid, aku mengusahakan untuk sholat di awal waktu. Dan kini setelah di pekanbaru kami berusaha menambah kedekatan dengan Allah dengan cara shalat malam bersama. Saling membangunkan. Berdoa bersama. Sujud bersama. Dan setelah semua ini, rasanya banyak sekali perbedaan. Seolah-olah ikatan ini makin kuat. Seolah-olah kami pun jadi lebih kuat menghadapi hari. InsyaAllah.

Apalagi lingkungan disini sangat kondusif. Masjid-masjid ramai kajian, ada kajian tafsir, ada kajian hadits, kajian kewanitaan, bahkan ada kelompok belajar tahsin. MasyaAllah. Pantes ya Pekanbaru disebut kota bertuah. 


6. Makin cinta

Aku dulu pernah mengira-ngira bahwa semakin lama menikah orang akan kehilangan keromantisannya. Alhamdulillah suami dan mungkin aku juga malah lebih romantis dari waktu dulu masih pengantin baru yang menggebu itu. Sekarang jadi lebih sering berkirim kabar, lebih sering beri kejutan, lebih sering punya quality time berdua, lebih lembut bertutur, lebih minim konflik, kalaupun konflik alhamdulillah lebih cepat selesai dan lebih mudah diselesaikan. Bahkan kami lebih mudah berkomunikasi karena biasanya kami akan memikirkan dan mengatakan hal yang sama. Lebih sehati lah intinya. Alhamdulillah.

Kami memperbanyak waktu berdua. Walau sulit ya karena anak ada tiga dan kami hanya berlima. Maka cara quality timenya kami pilih yang mudah. Seperti nonton berdua saat anak-anak tidur, ngobrol berdua sambil ngemil saat anak-anak sibuk main, dll. Gak harus keluar rumah berdua ya karena itu agak mustahil hehe..

Kalau ada yang bilang makin lama usia pernikahan maka makin hambar rasanya, makin berkurang romantisnya, makin kurang perhatian, makin berkurang kejutan dll. Maka ayo kita buktikan bahwa pernikahan kita berbeda. Pernikahan kita adalah pernikahan yang diberkahi, yang mendapatkan sakinah, mawaddah dan rahmah. Aamiin..



Dari semua ini aku jadi sering sekali berpikir mungkin karena inilah takdir Allah membawa kami hijrah ke kota ini. Karena Allah ingin kebaikan bagi kami sekeluarga. InsyaAllah. 

Btw mungkin bagi beberapa orang postingan ini gak penting sih ya. Tapi rasanya ingin sekali bercerita siapa tau ada pasangan muda yang galau dengan pernikahannya, atau ada yang gamang antara hijrah ke kota lain yang gak ada keluarga sama sekali. Semoga ada hikmah terserak di postingan ini. Wallahu'alam. Tetap kompak ya lovebirds. 

Salam, 
Desni



All picts from stocksnap.io

You Might Also Like

6 comments

  1. Jadi kangen Pekanbaru,huhuhu.....
    Baarokallah mbk ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. aamiin wa baarokallah fiik
      ayo ke pekanbaru mba ^^

      Delete
  2. Terima kasih sudah berbagi ya Desniii. Saya ikutan belajar.
    Sehat selalu yaaa. :)
    -dewititi-

    ReplyDelete
  3. Ah seneng bacanyaaa...peluuum desniii

    ReplyDelete

Terima kasih sudah membaca, silakan tinggalkan komentar di tulisan ini