Infaq Satu Juta (Part 2)

Sebaiknya baca postingan sebelum ini... Infaq satu juta

Rencana di Palembang cuma sebentar yang jelas tanggal 31 Oktober kita berdua harus udah ada di Bogor lagi. Awalnya kita mau naik bus aja, karena khawatir sama kandungan gue. Tapi muka ayah gue melas banget beliau bujuk-bujukin kita buat naik pesawat aja. Akhirnya kita naik pesawat tanggal 30 Oktober.

Sebenernya ya booo.. menurut dokter obgyn langganan gue di Palembang, resiko di pesawat dan di bus sama aja. Pesawat beresiko karena tekanan di udara yang berbeda dan guncangan saat take off dan landing. Sedang bus beresiko karena guncangannya. Bus juga beresiko karena lama perjalanan yang ditempuh. Tapi menurut hypnobirthing, asal ibunya tenang insyaAllah bayinya ga apa-apa. InsyaAllah. Dan kami percaya itu.

Pesawat yang dipilih adalah Singa Merah. Biasanya opsi pertama sang Burung Biru tapi mahal boooo.. kita naik sang singa aja. Gue ga mau dan rada-rada trauma naik pesawat Betawi atau pesawat Raja Palembang soalnya serem aja. Jadi kalo ga naik Burung Biru ya naik Singa Merah. Itu udah yang paling save di Indonesia. Walau naik Singa Merah beresiko kena penundaan keberangkatan alias DELAY. Dan bener aja, pesawat kita delay krikrikrik..

tiket

Pesawat delay artinya kita dapet makanan. Satu jam kemudian pesawatnya udah ready, kita udah bisa naik pesawat. Biasanya gue milih buat naik di akhir-akhir biar ga desak-desakan. Eh pas di depan pintu pesawat kita ditahan. Petugas yang ngeliat perut gue langsung nanyain hamil berapa bulan. Dengan jujur gue jawab TUJUH bulan. Aih... ternyata gue haram naik pesawatnya. Ga diizinkan karena ga bawa surat keterangan sehat dan bolehterbang dari dokter.

Salah gue sih, harusnya minta suratnya ke dokter Obgyn gue. Tapi karena pas berangkat ke Palembang kemaren ga ada yang nanya-nanyain di pesawat ya gue santai aja hehehe... Salah bandaranya juga, kan ada klinik tuh di bandara, eh malah udah tutup padahal masih ada sejumlah penerbangan. Taukah kalian dampak ga boleh terbang ini? Yup, tiket gue hangus, musnah... hilang sudah sejuta. Inilah yang kami sebut infaq satu juta. Nginfaq sama sang Singa Merah -_____-"

snack ini harganya sejutaaaaaa
Oh iya, koper kita berhasil dikeluarin dari pesawat sebelum pesawatnya terbang, tapi satu kardus pempek ga terselamatkan. Udah keburu terbang ke Jakarta tuh kardus. Kita konfirm kalo kardus kita kebawa terbang, sayangnya responnya buruk. Kardus yang udah masuk bagasi pesawat itu ga pernah kembali. Padahal kita udah bolak balik ke bandara. Kita tau sih nasibnya sang bagasi emang begitu, tapi yang kita lakukan adalah pengen nunjukin kalo itu hak kita maka kita harus perjuangkan!

nomer bagasi yang ga dicoret = bagasi yang menghilang

Kegagalan kembali ke bogor bikin kita berdua galau, lahiran di Palembang kah atau di Bogor. Akhirnya kita putuskan untuk kembali ke Bogor. Tanggal 8 kita naik bus Pahala Kencana jurusan Palembang Bogor. Seru deh naik bus berdua sama mas Tyo sayang muach-muach.. Tidur berbantalkan bahunya, lihat pemandangan indah sepanjang jalan, aih... makin sayang deh pokoknya (lebay hahaha).

Merak di pagi hari
Dan disinilah kami berdua, di rumah (kontrakan) kami. Hanya berdua. Siap untuk mandiri. Siap untuk kelahiran anak pertama kami di kota hujan yang romantis, Bogor...


rumah pakuan


pemandangan dari depan rumah (gunung salak)

You Might Also Like

2 comments

  1. senangnya yang tinggal di kota romantis dan sebentar lagi melahirkan... smoga lancar dan dimudahkan ya mba :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. aamiin.. semoga mba dini juga lancar dan dimudahkan :)

      Delete

Terima kasih sudah membaca, silakan tinggalkan komentar di tulisan ini