Sederhana dan Mudah : Dari Rumah #BesamaBergerakBerdaya Menjaga Bumi


Awal Mula


Aku suka sekali nonton vlog orang-orang yang merantau ke luar negeri, ke negara-negara maju. Mungkin karena aku seorang ibu, aku paling suka menonton video dari vlogger yang sudah berumah tangga. Aku belajar banyak dari para vlogger ini, mulai dari hidup mandiri tanpa asisten di negeri orang, mendidik anak, mengajarkan nilai budaya bangsa kita, masak makanan Indonesia yang mereka rindukan, berkebun di negara empat musim, dan yang paling favorit adalah belajar bagaimana mereka mengolah sampah di negara maju.


Channel Kimbab Family salah satu yang bercerita tentang cara membuang sampah di Korea Selatan



Kok suka video tentang mengolah sampah? 

Mungkin alasan awalnya karena rasa penasaran, “kok cara buang sampah saja berbeda ya negara kita dan negara lain”. 

Lalu muncul rasa iri “kok negara kita gak gitu juga sih?”. 

Di fase iri ini mulai menyalahkan banyak pihak, mulai dari warga yang tanpa beban buang sampah sembarangan sampai pemerintah karena tidak bisa membuat kebijakan serupa.

 

Tapiii… lambat laun aku masuk ke fase menerima dan mulai bergerak. Ya sudah jika level kebijakan sulit tapi pasti bisa kan kalau kita sendiri mulai meniru cara pengelolaan sampah di negara maju. Tidak harus utuh serupa tapi pasti ada sedikit yang bisa diterapkan. Dan perjalananku mengolah sampah rumah tanggaku sendiri dimulai di tahun 2019. 

 

Faktanya

“Semakin aku banyak membaca, semakin aku banyak berpikir; semakin aku banyak belajar, semakin aku sadar bahwa aku tak mengetahui apa pun” 

― Voltaire

 


sumber gambar : https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/public/data/komposisi

Saat tau fakta bahwa sampah rumah tangga dan sisa makanan menempati posisi tertinggi sebagai sumber sampah dan jenis sampah terbanyak di Indonesia, aku kaget. Tapi kalau dipikir-pikir, dulu sebelum mengolah sampah, sampah rumah tangga seperti sisa makanan, sayur-sayuran busuk, daun kering di halaman, memang paling banyak mengisi tong sampah rumahku. Setiap hari minimal satu plastik terbuang ke tong sampah.


 


Teman-teman pasti pernah melihat video dari anak muda inspiratif di akun sosial media @pandawara. Setiap kali melihat video mereka merasa miris betapa sampah di Indonesia terutama di sungai dan pantai sangat banyak. Tapi di sisi lain aku juga merasa optimis. Karena banyak orang-orang yang termotivasi untuk membersihkan sampah, termotivasi membuat konten positif terutama dari kalangan anak muda.

 

Emisi Karbon

Teman-teman sudah pernah dengar tentang emisi karbon? Biasanya emisi karbon diidentikkan dengan aktivitas pembakaran senyawa-senyawa yang mengandung unsur karbon. Seperti pembakaran bahan bakar fosil untuk transportasi, industry bahkan rumah tangga. Namun jangan salah, sampah rumah tangga yang banyak tadi juga bisa menyebabkan emisi karbon. 

 

"Sampah jika tidak dikelola berpotensi menimbulkan emisi gas rumah kaca (GRK). Sebagai gambaran, di tahun 2018, diprediksi ada timbulan sampah organik sebanyak 37,91 juta atau sekitar 18,95 juta ton GRK setara karbon."

http://pojokiklim.menlhk.go.id/read/pengelolaan-sampah-kurangi-emisi-gas-rumah-kaca

 

Emisi karbon ini berbahaya lho seberbahaya tanda-tanda kiamat dimulai dengan emisi karbon. Suhu bumi yang naik, es di kutub mencair, perubahan iklim yang tidak menentu, banjir, suhu ekstrim, dll


 


Apa yang bisa kita lakukan?

Sebetulnya banyak sekali hal yang bisa kita lakukan untuk mengurangi emisi karbon bahkan hanya dari lingkungan rumah kita saja. Dan inilah hal kecil yang sudah aku lakukan untuk mengurangi emisi karbon dari rumahku :



1. Mematikan barang elektronik jika tidak dipakai

Our World in Data mencatat 86,95% dari total produksi listrik Indonesia tahun 2020 berasal dari bahan bakar fosil. Angka ini turun sedikit dari 88,73% pada tahun 2019. Pada tahun 2020, produksi listrik nasional yang berasal dari bahan bakar fosil tercatat mencapai 239 terawatt jam (TWh). 

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/04/12/hampir-87-listrik-ri-berasal-dari-bahan-bakar-fosil-pada-2020#:~:text=Our%20World%20in%20Data%20mencatat,239%20terawatt%20jam%20(TWh).

 

Jika sumbernya bahan bakar fosil maka artinya penggunaan listrik sehari-hari kita ternyata menghasilkan emisi karbon. Jadi jika barang elektronik kita tidak dipakai, sebaiknya kita mematikan listrik.

 

2. Food preparation dan memasak sendiri makanan yang dimakan

Setelah menerapkan food preparation dari tahun 2017, aku menyadari bahwa sampah dapurku berkurang signifikan karena aku berhasil mengurangi tingkat mubazir bahan makanan. Aku lebih sadar saat berbelanja, aku sadar saat memasak, dan aku juga lebih sadar saat makan. Makan secukupnya agar tidak bersisa. 

 

3. Membuat pupuk kompos dari sampah di rumah

walau sudah melakukan food preparation sampah dapur tidak mungkin hilang 100% sehingga sampah organic di rumah kami diolah dengan cara dijadikan pupuk kompos. Ember kompos di rumah kami juga sangat sederhana cuma dari wadah cat bekas yang dimodifikasi. Setiap dua bulan kami akan panen kompos yang kami gunakan untuk kebun kami.

 

4. Menanam sayur sendiri 

Alhamdulillah kami memiliki pekarangan yang lumayan luas sehingga kami bisa menanam berbagai sayur untuk kebutuhan rumah kami. Ada kangkung, bayam, seledri, singkong, melinjo, hingga kelapa. 

 

5. Memilah sampah lalu menyerahkan ke bank sampah

Harus diakui memilah sampah ini ribet sekali ya teman-teman. Dan tidak mudah. Di Korea bahkan ada pelajaran memilah sampah untuk anak sekolah dasar. Di drama “Because it’s my first life” ada adegan pemeran utama lolos kualifikasi jadi “home-mate” karena dia bisa milah sampah hihi.. 

Salah satu adegan di drama Korea "Because it's my first life"


Kembali ke kegiatan memilah sampah di rumahku, jadi untuk saat ini aku masih memilah dengan cara sederhana. Aku menyiapkan satu box untuk sampah botol plastic, satu box untuk sampah kaleng dan botol-botol skincare, bodycare, satu box sampah plastic kresek, satu box untuk sampah kardus dan kertas. Setiap beberapa bulan jika box-box ini penuh aku akan menghubungi bank sampah yang akan menjemput ke rumahku. 

 

6. Membuat lubang biopori

Lubang biopori atau lubang resapan ini punya banyak manfaat lho.. bisa mencegah banjir karena membantu penyerapan air ke dalam tanah, mengurangi sampah organic karena kita bisa membuang sampah organic ke dalam lubang biopori, menghasilkan kompos dari sampah organic tadi, menjaga ketersediaan air tanah dan masih banyak lagi.

 

Kalau aku bisa bikin kebijakan aku akan bikin kebijakan apa?

Aku ingin sekali di setiap kelurahan ada rumah kompos sendiri. 

Temanku Puput di Depok bercerita kalau sampah organik di kompleknya punya “tong sampah” sendiri. Yang diambil oleh petugas dan dibawa untuk dijadikan kompos. Dan ternyata program ini sudah berjalan sejak 2018 lalu. Wah keren ya… karena sudah ada contoh wilayah yang menjalankan, sepertinya akan lebih mudah wilayah lain di Indonesia untuk mengeksekusi kebijakan serupa.

 

Walau sedikit tapi hal-hal kecil seperti ini insyaAllah akan konsisten aku lakukan dan aku sebarkan seperti melalui tulisan ini. agar lebih banyak lagi yang bisa ikut berusaha mengurangi emisi karbon dan dampak positifnya akan lebih besar untuk bumi. Karena penting sekali untuk #BersamaBergerakBerdaya #UntukBumiku. Bumi yang sangat luas ini butuh kita semua, tidak bisa hanya satu dua orang yang peduli, maka sayangi bumi, sebarkan kebaikan untuk kita bersama.

 

“Kalau #BersamaBergerakBerdaya versi kalian apa nih? Boleh dong tulis di kolom komentar ya!”

 

 

You Might Also Like

2 comments

  1. Keren banget tulisannya. Menginspirasi mbak.. aku juga udah melakukan beberapa cara untuk bantu menjaga bumi salah satunya konsisten melakukan food preparation.

    ReplyDelete
  2. Keren mba tulisannya. So inspiring.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah membaca, silakan tinggalkan komentar di tulisan ini