Short Escape : Bukittinggi

Minggu, tanggal 29 April 2018 yang lalu kami jalan-jalan super mendadak ke Bukittinggi. Walau jaraknya hanya tujuh jam dari Pekanbaru. Tapi kalau jalannya sambil galau "pergi-enggak-pergi-enggak" nyampenya bisa dua belas jam juga hihihi..

A post shared by desni utami (@desniutami) on

Waktu itu kebetulan long weekend. Eh gak long weekend sih tapi tanggal 1 Mei kan libur hari buruh. Dan tanggal 1 Mei itu jatuh pada hari Selasa. Jadi suami ambil cuti tanggal 30 April (hari Senin). Cuti buat apa? Gak buat apa-apa, cuma pengen cuti aja. Gak ada rencana mau liburan atau jalan-jalan. Kami bahkan gak ke mol dong tanggal 28 April, kenapa? karena belum gajian 😆😅

Lalu Minggu sore tanggal 29 April, suami lagi kepanasan di kamar. AC kamar belum dicuci lagi dan kami mager (males gerak) buat nyucinya. Alhasil suami ngajak ke luar. Awalnya ngajak ngadem di mall. Tapi sebelum berangkat malah bilang ke saya "Bun, kemasin pakaian ya..". Sebagai istri yang baik, penurut, gak banyak tanya, dan penuh pengharapan diajakin staycation di hotel dalam kota 😂, aku langsung mengemasi pakaian bahkan aku juga mengemasi pakaian renang. Ngarep banget, Buuuuu... 

Karena berkemas-kemas inilah yang harusnya keluar rumah jam 4 sore, malah baru pergi jam 5 sore. Sampai di perempatan antara Pekanbaru-Sumbar. Suami yang kalo mau nginep di hotel atau ngadem di mall harusnya ambil jalan lurus, malah memutar belok kiri ke arah Sumbar. Saya kaget-kaget seneng gitu kan. 

Sambil berusaha jaim saya bertanya "Yah, kok kita belok?"

Suami dengan nada ragu menjawab "udah mau maghrib kita sholat dulu di mushollah kantor"

oooooo... yaaaaah kirain mau ke Sumbar! 😌 hahaha

Habis sholat yang tidak dijamak maupun di qoshor karena gak berencana ke mana-mana, kami malah jalan terus ke arah Sumbar. Semakin jauh. Sampai di kota Bangkinang yang jaraknya satu jam dari Pekanbaru kami berhenti lagi untuk sholat isya. 

Saya kembali bertanya "Yah, ini sebenernya mau ke mana?"

Suami menjawab ragu "Pengen ke Bukittinggi sih tapi jauh.."

OHWAW.. Hatiku langsung berbunga 😂😂😂 Ya Allah noraknya IRT yang jarang jalan-jalan iniiiih...

Jam 9 malam kami berhenti lagi untuk makan malam. Makan malam sambil mikir "lanjut gak nih jalannya, mumpung masih deket buat balik". Hasilnya makan malamnya jadi lama, jadi satu jam 😅 

Habis makan malah teruuuus aja jalan ke arah Sumbar. Sampai kami masuk ke wilayah yang kanan-kirinya bukit-bukit tinggi yang cantik karena disinari cahaya bulan. Di sana kami yakin kami akan jalan terus sampai Bukittinggi. Sambil jalan saya gak berhenti kagum sama ciptaan Allah. Jalannya bagus, walau gelaaaap sekali karena gak ada lampu jalan dan minim tanda jalan (gak ada tanda bakal ada belokan, tanjakan, turunan, dll). Dan jalan ini minim rumah penduduk. Hanya ada bukit, hutan dan jurang serta langit malam yang tampak jauh lebih terang dan berkilau karena bulan purnama dan bintang. Alhamdulillahnya juga jalanan ramai karena banyak truk dan mobil travel yang melintas. 

Jam 1 malam kami berhenti di sebuah pom bensin. Kami mematikan mesin mobil, membuka sedikit kaca mobil, merebahkan kursi dan mulai tidur. Kami tidur lumayan lama, sampai jam 4 pagi. Sebenarnya kami berhenti tepat di depan masjid pom bensin. Masjidnya indah dan megah. Sayang sekali masjidnya di kunci. Traveller macam keluarga kami yang sudah kelelahan namun belum menemukan penginapan karena masih jauh, harus rela beristirahat di mobil walau ada masjid yang harapannya bisa menampung musafir. Sedih deh.. Alhamdulillahnya karena di atas bukit, udaranya adem walau tanpa ac dan juga gak ada nyamuk. Jadi anak-anak tidurnya tenang. Setelah merasa sudah cukup kuat untuk melanjutkan perjalanan, kami pun segera meninggalkan pom bensin. 

Tepat saat adzan subuh berkumandang sekitar pukul 04.50 WIB, kami tiba di gerbang Bukittinggi. Udaranya dingin. Air wudhu pun berasa air es. Dingiiiiiin... Awalnya kami berencana istirahat di masjid setelah sholat subuh karena kami sholat di masjid penduduk. Sayangnya selesai sholat, masjidnya dikunci juga. Kami langsung deh jalan lagi sambil memikirkan mau ke mana ya subuh-subuh begini. 

AHA!!! Tiba-tiba kepikiran mau lihat sunrise. Kenapa? Karena pas masuk kotanya, masyaAllah kotanya bagus banget... Lalu kepikiran lagi, "Wah kayaknya kece kalo lihat sunrisenya dari Ngarai Sianok!" langsung lah kami ikutin GOOGLE MAPS ke Ngarai Sianok dan kesasar 😂😂😂 Kami nyasar ke dasar lembahnya. Tapi kami gak nyesel karena dasar lembahnya itu bagus bangeeeeeeeeeeet.... baguuuuuuus banget masyaAllah... Matahari udah mulai mengintip dari atas lembah dan itu malah bikin indah banget pemandangannya.

Karena kami sadar bahwa kami tersasar, kami balik arah ke atas. Lalu mencari wilayah paling tinggi di Bukittinggi untuk menyaksikan sunrise. Dimana? Di depan gerbang Benteng Fort de Kock!

A post shared by desni utami (@desniutami) on

Setelah puas menyaksikan sunrise, kami jalan-jalan mengelilingi kota yang dulu PERNAH JADI IBUKOTA NEGARA INDONESIA tahun 1948. Tau gak sejarahnyaaaaa? Duh ini kota bikin kami jatuh cinta. Jadi kepingin tinggal di Bukittinggi. Cantik banget. Dan suhunya sejuk kalo menurut wikipedia suhunya kisaran 16,1-24,9 derajat celcius, uadeeeeeem... Beda banget sama Pekanbaru yang sehari-hari 28-34 derajat celcius hahaha...

Puas jalan-jalan dan mulai laper kami makan di pinggir jalan. Kami sarapan katupek gulai paku, bubur kacang hijau dan lupa apa aja hahaha... Tempat sarapannya ramai, tapi saya lupa lokasinya di mana. Di sana banyak pilihan makanan, mulai dari katupek, batagor, nasi uduk, mie ayam, bubur dll.

Selesai sarapan kami main ke taman panorama Ngarai Sianok yang jadi tujuan awal buat lihat sunrise tadi. Ternyata subuhnya kami sempat bolak-balik lewat sini hihihi... Tiket masuknya murah Rp.12.500 per orang. Mobil kami parkir di luar taman, karena memang hanya di situ tempat khusus parkirnya. Indah banget memang ya Ngarai Sianok ini. Semacam sungai besar tapi kering. Katanya ini terbuat dari patahan lempeng bumi. Ada juga yang berteori ngarai ini terbentuk karena jalur lahar panas dari dua gunung berapi yang menghimpitnya, Gunung Singgalang dan Marapi.

A post shared by desni utami (@desniutami) on


Di taman ini ada playground yang lumayan terawat. Semua mainannya berfungsi saat kami main ke sana. Dan karena hari senin jadi hanya ada kami di sana. Anak-anak bener-bener puas mainnya.

A post shared by desni utami (@desniutami) on


Di taman ini juga ada area belanja oleh-oleh kerajinan khas Bukittinggi yang sebenarnya gak unik-unik banget karena di Tangkuban Perahu, Borobudur, Prambanan, dan tempat wisata lainnya oleh-olehnya juga mirip. Ada baju kaos di sablon, baju batik, gantungan kunci, lukisan, sendal kayu dll.

A post shared by desni utami (@desniutami) on


Di area taman ini juga ada Lobang Jepang alias gua penyimpanan senjata peninggalan penjajahan Jepang. Btw Jepang dulu menjadikan Bukittinggi wilayah pusat militernya di Sumatera. Sayangnya kami gak berani masuk ke Lobang Jepang ini. Kenapa? Serem boooook.. sepi banget hari senin gitu, cuma ada kami sekeluarga 😅😆

A post shared by desni utami (@desniutami) on


Puas menjelajahi Taman Panorama Ngarai Sianok ini kami jalan-jalan ke jam gadang. Alhamdulillah pas dateng pas jamnya bunyi. Anak-anak jadi bisa denger jam ikonik ini berdentang. Dari sini kami mulai bingung mau ke mana. Mau nginep apa enggak. Mau kulineran apa pun kami bingung. Soalnya gak ada rencana jadi saya gak sempet bikin itinerary (cailah..). Jadi kami bener-bener gak tau mau ke mana. Padahal bisa aja main ke
- Lembah Harau
- Makan itiak lado mudo
- Main ke daerah Sanjai nyobain keripik Sanjai yang tersohor itu
- Dateng ke museum Bung Hatta
- Nginep di Novotel yang indah banget bangunannya (inceran banget nih karena di web booking online gitu susah dapet kamarnya)
- Main ke Pasar Aur Kuning yang merupakan pasar terbesar di Indonesia
- Jalan ke Koto Gadang
- Lihat hewan di Taman Marga Satwa Budaya Kinantan
dll

Pas lagi galau begitu eh suami dapet email kalo Rabu pagi beliau ada urusan kantor di Jakarta. Alhasil bubar rencana nginep di Bukittinggi. Buru-buru balik ke Pekanbaru karena besoknya suami harus berangkat ke Jakarta biar rabu udah stand by. Huhuhuhu...

Tapi jadi gak nyesel juga sih.. Soalnya sepanjang jalan kami jadi bisa melihat lembah, bukit, gunung, jurang, kelok sembilan dan semua keindahan jalan yang malamnya tidak bisa kami lihat. Kami sampai di rumah jam 6 sore. Tepat 24 jam keluar rumah. 20 jam habis di dalam mobil dan 4 jam menikmati Bukittinggi dengan menyisakan keinginan kembali lagi ke sana! Tunggu kami Bukittinggi.

Liat videonya di channel kami yuk

You Might Also Like

0 comments

Terima kasih sudah membaca, silakan tinggalkan komentar di tulisan ini