Tentang Mengingat Allah Setiap Saat


Apa yang kita pikirkan saat sedang membersihkan rumah? Menyapu? Mengepel? Mencuci baju? Mencuci piring? Memasak?


Biasanya kita tidak memikirkan apapun selain fokus pada pekerjaan. Kita biasanya memikirkan "ini kenapa lantainya kotor" atau "abis ini piring yang mana yang mau dicuci berikutnya" hanya sebatas itu. Kecuali blogger, jarang ada yang masak sambil mikirin "ini resepnya aku share gak ya di blog" uwuwuwu..


Padahal bisa saja di saat-saat seperti ini kita gunakan untuk mengingat Allah.

Ada nih satu cerita, kisah nyata tentang orang yang senantiasa berdzikir. 
Imam Ahmad bin Hambal Rahimakumullah (murid Imam Syafi’i) dikenal juga sebagai Imam Hambali. Dimasa akhir hidupnya beliau bercerita;

Suatu waktu (ketika saya sudah usia tua) saya tidak tau kenapa ingin sekali menuju satu kota di Irak, Bashrah. Padahal tidak ada janji sama orang dan tidak ada keperluan.
Akhirnya Imam Ahmad pergi sendiri menuju ke kota Bashrah. Beliau bercerita;
Begitu tiba disana waktu Isya’, saya ikut shalat berjamaah isya di masjid, hati saya merasa tenang, kemudian saya ingin istirahat.
Begitu selesai shalat dan jamaah bubar, Imam Ahmad ingin tidur di masjid, tiba-tiba penjaga masjid datang menemui Imam Ahmad sambil bertanya; “Apa yang engkau lakukan disini, syaikh?.”

Kata “syaikh” bisa dipakai untuk 3 panggilan:
bisa untuk orang tua, orang kaya ataupun orang yg berilmu.
Panggilan Syaikh dikisah ini panggilan sebagai orang tua, karena marbot taunya sebagai orang tua.

Sang penjaga masjid rupanya tidak mengetahui kalau beliau adalah Imam Ahmad. Dan Imam Ahmad pun tidak memperkenalkan siapa dirinya. Di Irak, semua orang kenal siapa imam Ahmad, seorang ulama besar dan ahli hadits, sejuta hadits dihafalnya, sangat shalih & zuhud. Namun pada masa itu belum ada foto sehingga orang tidak tau wajahnya, hanya namanya saja yang sudah terkenal.

Imam Ahmad menjawab, “Saya ingin istirahat, saya musafir.”
Sang penjaga masjid menjawab “tidak boleh, tidak boleh tidur di masjid.”
Imam Ahmad bercerita,
“Saya didorong-dorong oleh orang itu disuruh keluar dari masjid, Setelah keluar masjid, dikuncinya pintu masjid. Lalu saya ingin tidur di teras masjid.”
Ketika sudah berbaring di teras masjid, sang penjaga masjid datang lagi, marah-marah kepada Imam Ahmad. “Mau ngapain lagi syaikh?” kata penjaga masjid.
“Mau tidur, saya musafir” kata imam Ahmad.
 Lalu sang penjaga masjid berkata;
“Di dalam masjid tidak boleh, di teras masjid juga tidak boleh.” Imam Ahmad diusir”saya didorong-dorong sampai jalanan.” Imam Ahmad melanjutkan ceritanya.


Disamping masjid ada penjual roti (rumah kecil sekaligus untuk membuat & menjual roti). Penjual roti ini sedang membuat adonan, sambil melihat kejadian imam Ahmad didorong-dorong oleh sang penjaga masjid tadi. Ketika imam Ahmad sampai di jalanan, penjual roti itu memanggil dari jauh; “Mari syaikh, anda boleh nginap di tempat saya, saya punya tempat, meskipun kecil.”
Kata imam Ahmad, “Baik”. Imam Ahmad masuk ke rumahnya, duduk dibelakang penjual roti yang sedang membuat roti (dengan tetap tidak memperkenalkan siapa dirinya, beliau hanya memperkenalkan diri sebagai musafir).

Penjual roti ini punya perilaku khas, kalau imam Ahmad mengajak bicara, dijawabnya. Kalau tidak, dia terus membuat adonan roti sambil (terus-menerus) melafalkan ISTIGHFAR.”Astaghfirullah”
Saat memberi garam, “astaghfirullah”, memecah telur “astaghfirullah”, mencampur gandum “astaghfirullah” . Dia senantiasa mengucapkan istighfar. Sebuah kebiasaan mulia. Imam Ahmad memperhatikan terus.

Lalu imam Ahmad bertanya, “sudah berapa lama kamu lakukan ini?”
Orang itu menjawab; “Sudah lama sekali syaikh, saya menjual roti sudah 30 tahun, jadi semenjak itu saya lakukan.”
Imam Ahmad bertanya;“Apa hasil dari perbuatanmu ini?”
Orang itu menjawab; “(lantaran wasilah istighfar) tidak ada hajat/keinginan yang saya minta, kecuali PASTI dikabulkan Allah. semua yang saya minta ya Allah…., langsung diwujudkan.”
Rasulullah
صلى الله عليه وسلم
pernah bersabda;
“Siapa yg menjaga istighfar, maka Allah akan menjadikan jalan keluar baginya dari semua masalah dan Allah akan berikan rizki dari jalan yg tidak disangka-sangkanya.”
Lalu orang itu melanjutkan, “Semua dikabulkan Allah kecuali satu, masih satu yg belum Allah beri.”
Imam Ahmad penasaran lantas bertanya “Apa itu?”
Kata orang itu“Saya minta kepada Allah supaya dipertemukan dengan imam Ahmad.”
Seketika itu juga imam Ahmad bertakbir, “Allahu Akbar..! Allah telah mendatangkan saya jauh dari Bagdad pergi ke Bashrah dan bahkan sampai didorong-dorong oleh penjaga masjid sampai ke jalanan ternyata karena ISTIGHFARMU.”
Penjual roti itu terperanjat, memuji Allah, ternyata yg didepannya adalah Imam Ahmad.
Ia pun langsung memeluk & mencium tangan Imam Ahmad.
(SUMBER: Kitab Manakib Imam Ahmad)


Bagaimana caranya mengingat Allah? Jawabannya adalah dengan berdzikir. Rasulullah kita tercinta, Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan kita banyak sekali kalimat dzikir. Dalam salah satu ceramah Al Ustadz Khalid Basalamah, beliau menceritakan tentang satu menit emas. Apa itu satu menit emas? Satu menit emas adalah satu menit hidup kita yang kita gunakan untuk memperberat timbangan amal kita di akhirat nanti.

  
Dalam ceramahnya Ustadz Khalid mengajak kita menghitung dengan menggunakan timer atau stop watch, dalam satu menit berapa banyak istighfar yang mampu kita lafadzkan. Ternyata dalam 60 detik itu kita bisa melafalkan 100 kali istighfar “astaghfirullah“.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَاللَّهِ إِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِى الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً
“Demi Allah, aku sungguh beristighfar pada Allah dan bertaubat pada-Nya dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari no. 6307).

Dari Al Aghorr Al Muzanni, yang merupakan sahabat Nabi, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
    إِنَّهُ لَيُغَانُ عَلَى قَلْبِى وَإِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ فِى الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Ketika hatiku malas, aku beristighfar pada Allah dalam sehari sebanyak seratus kali.” (HR. Muslim no. 2702).
 Al Qodhi ‘Iyadh mengatakan bahwa makna hadits di atas, yaitu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan malas beliau membacanya seperti itu.
 Artinya, beliau rutin terus mengamalkan dzikir istighfar setiap harinya. Lihat Syarh Shahih Muslim karya Imam Nawawi, 17: 22. (sumber : rumaysho.com)

Dalam satu menit kita juga dapat melafadzkan dzikir “subhanallah wabihamdih subhanallahil adziim” sebanyak lebih kurang 40 x. Dzikir ini kata Rasulullah ringan di lidah, berat di timbangan akhirat.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada dua buah kalimat yang ringan di lisan namun berat di dalam timbangan dan keduanya dicintai oleh ar-Rahman, yaitu ‘Subhanallahi wabihamdihi, subhanallahil ‘azhim’.” (HR. Bukhari [7573] dan Muslim [2694]) Sumber: muslim.or.id 


Atau kita dapat berdzikir yang lebih baik dari dunia dan isinya “subhanallah walhamdulillah wa laa ilaha illallah wallahuakbar” sebanyak 30-40 x dalam satu menit itu.

 Dari Abu Hurairah, dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda: ‘Sesungguhnya membaca “subhanallah walhamdulillah wa laa ilaha illallah wallahu akbar (Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, dan Allah Maha Besar)” adalah lebih aku cintai daripada segala sesuatu yang terkena sinar matahari.” (HR. Muslim no. 2695). Sumber : rumaysho.com
  
Kita juga dapat mengundang rahmat Allah dengen cara bershalawat kepada nabi kita Muhammad SAW “Allahumma sholli ‘ala Muhammad“. Rahmat Allah SWT bentuknya bisa berupa keberhkahan, kemudahan urusan, rezeki dll.


Selama ini kita terlalu banyak membuang waktu. Alangkah lebih baiknya jika setiap waktu yang kita miliki kita gunakan untuk mengingat Allah. Yuk Buibu kita gunakan setiap waktu kita untuk berdzikir. Dzikir yang sederhana yang menambah amalan kita, yang makin mendekatkan kita pada Allah. Karena sesungguhnya iman itu berkurang karena kemaksiatan dan bertambah dengan ibadah. Wallahu'alam..


Semoga jadi motivasi buat kita ya agar terus berdzikir, mengingat Allah setiap saat. 

- menulis adalah menasihati diri sendiri -

You Might Also Like

1 comments

  1. Wah bunda terima kasih sudah mengingatkan. Iya nih apalagi saya sebagai ibu rumah tangga klo lagi pusing ma kerjaan rumah yang banyak dan anak pun lagi pengen diperhatiin dengan caranya yang ngerengek terus, terkadang nggak jarang bikin sayanya jadi ikut kesel. Tapi karena nggak mau marahin anak. Akhirnya cma bisa beristigfar didalam hati nahan uring-uringannya, karena hanya mengingat Allah hati menjadi tenang hihihi

    ReplyDelete

Terima kasih sudah membaca, silakan tinggalkan komentar di tulisan ini